NEWS UPDATE :
BERITA TERKINI :

Berita Terbaru

Berita Terhangat

DPD PKS Samarinda

Fiqh & Syariah

Keluarga Sakinah

Kiprah DPC Samarinda Ulu

DPRD Provinsi KALTIM

Tausiyah dari Ustadz Kita

Opini Kiriman Pembaca

Kolom Kesehatan ( Akh Haris )

Bahkan Bidadaripun Cemburu Karenanya

23/03/12

Dia yang tak pernah lepas dari sholat malam, tilawah, dan ma’tsurat pagi petang, lalu sangat mendadak dipanggil tanpa tanda, dengan ucapan akhir ketauhidan.


Dia yang menghabiskan hari-harinya untuk dakwah, hingga semalam jam 23.00 masih di luar rumah untuk dakwah.

Dia yang hampir tidak pernah menolak jika dimintai bantuan, selalu ringan tangan membantu sesiapa.

Dia yang di akhir-akhir hidupnya selalu berdoa sangat panjang di tiap usai sholat, hingga pernah ditanya kawan,”Kenapa?’

Dia yang setiap pergi kemana pun menyempatkan berhenti sejenak, hatta untuk sholat dhuha, “berhenti dulu ya teh,.. kita dhuha dulu”

Dia yang sebentar lagi akan meminang seorang muslimah, ternyata memilih menjemput bidadari surga.

Saat melihat teduh wajahnya dalam jasadnya yang terbujur kaku, mataku pun membasah. Betapa aku iri melihatnya, meskipun aku tak mengenalnya dengan baik. Hanya lewat cerita sekilas-sekilas dari kakaknya, Yuli, yang setiap pekan datang mengaji ke rumahku. Abduh yang juga sering mengantarkan Yuli kesana kemari, cukup kuhafal wajahnya, meski aku belum pernah berbicara dengannya. Tapi aku tahu, dia, Abduh, adalah orang yang baik.

Maka, tak salah jika salah satu sahabatnya pun, bercerita dengan pilu, tentang kesehaerian Abduh, juga tentang detik-detik terakhirnya. Pak Lutfi, tetangga Abduh, yang juga sesama orang tua murid dari anak-anak kami, bercerita:

* * *

20 Maret 2012 pukul 03.30 dini hari. Saat itu aku sudah terjaga, dan sedang mengerjakan sesuatu yang sementara ini menjadi jalan ma’isyahku di depan laptopku. Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk shalat malam beberapa rakaat saja. Aku bekerja di atas tempat tidur ditemani isteriku yg sedang berbaring di sebelahku sambil menjaga anak bungsuku dari ‘serangan’ nyamuk.

Tiba-tiba terdengar dering esia istriku. Isteriku meraih esia-nya dan menjawab salam dari seberang telepon. Mendengar permulaan dialog, aku segera mengenali bahwa yang menelepon adalah mbak Yuli. Aku memang selalu memanggil akhwat yang sudah dewasa, yang sebaya dan dibawah usiaku, dengan menambahkan panggilan ‘mbak’ di depan namanya, tidak lain untuk rasa hormat dan penghargaan kepada seorang perempuan. Isteriku memanggil mbak Yuli dengan sebutan ‘teteh’ tanpa nama di depannya – jadi seperti adik memanggil kepada kakaknya. Sementara mbak Yuli memanggil isteriku dengan sebutan Bunda, panggilan anak-anakku pada isteriku. Usianya sebaya dengan isteriku, tetapi karena ikatan persaudaraan yang sangat erat, mereka saling memanggil dengan panggilan keakraban dan kasih sayang.

Tiba-tiba isteriku sedikit terkejut, “Kenapa Abduh teh..?”

Aku tidak lagi mendengar sahutan dari mbak Yuli di seberang telepon, tetapi yang jelas setelahnya isteriku meminta tolong untuk segera diantarkan berangkat ke rumah Yuli dan keluarganya. Aku segera bergegas, menghentikan pekerjaanku dan membawa apa yg kuingat untuk dibawa.

Aku dan isteri segera berkendara menuju rumah Yuli di Villa Pamulang. Sambil bertanya-tanya dalam hati.. “Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi dengan Abduh?”

Aku karena panik malah sempat lupa mengarahkan motor kemana arah rumah mbak Yuli.

Sedang dalam perjalanan, esia-pun berdering lagi. Isteriku menjawab sambil memandu memberi pertolongan pertama sebatas pengetahuan isteriku. Kebetulan, isteriku pernah bekerja di sebuah klinik kesehatan alternatif, jadi sedikit banyak tahu beberapa hal tentang tindakan pertolongan pertama. Lalu berdering lagi, mbak Yuli menanyakan, “Sudah sampai dimana?”

“Sudah dekat”, jawab isteriku, “Sudah di mesjid teh..” lanjutnya.

Sedikit panik, aku pun mempercepat laju motor dan saat tiba, mbak Yuli sudah menunggu di mulut blok Villa di mana rumahnya berada.

Aku dan isteri segera masuk ke kamar di mana Abduh tidur. Terlihat dia sedang (seperti) tidur. Isteriku langsung memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya. Kemudian memeriksa denyut di lehernya. Tiba-tiba isteriku menangis.

“Bagaimana Bunda..?”, tanyaku.

“Denyut nadinya tidak teraba ayah..”

Aku pun memegang badannya, masih terasa hangat dan berkeringat.

Berharap masih bernyawa dan mendapat pertolongan, segera dini hari itu aku meminta pada Iqbal, adik mbak Yuli, kakaknya Abduh, untuk segera membawa ke rumah sakit terdekat. Yang paling dekat adalah RS Sari Asih. Dengan motor aku mendahului mereka menuju RS Sari Asih. Meminta pada security perumahan membuka portal. Dan sesampai di rumah sakit segera meminta pada petugas mempersiapkan kamar darurat. Semua keluarga, mbak Yuli, Iqbal dan Mama bersama ke rumah sakit. Isteriku tinggal di rumah menjaga dua anak kecil mbak Yuli yang masih terlelap.

Sesampainya dalam kamar di ruang darurat (IGD), dilakukan tindakan dengan membuat nafas bantuan dan menekan rongga dadanya. Dan ternyata Abduh memang sudah meninggal sejak di rumah, di tempat tidurnya. Innalillahi wainna ilaihi rooji’un.

Menurut Iqbal, sekitar lewat jam tiga itu, dia terbangun oleh deringan jam. Dan ketika terbangun sekonyong-konyong melihat Abduh sedikit kejang. Bola matanya mengarah ke atas sebentar lalu ke arah bawah kembali. Iqbal dan mbak Yuli segera mencoba membangunkan, tapi tidak bangun juga, hingga akhirnya menghubungi kami.

Baru setelahnya kami menyadari, bahwa saat itu-lah Izrail sebenarnya sedang mencabut nyawanya. Mencabutnya adalah pada saat-saat Abduh terbiasa bangun pada jam itu untuk shalat malam.

Dan memang ketika malam itu Abduh pulang ke rumah hampir jam 12 malam, sebelum beranjak istirahat, terlebih dahulu sempat berpesan pada Ibunya untuk dibangunkan jam tiga guna shalat malam. Sang ibu-pun mengiyakan. Karena kasih sayang ibu, sang ibu berniat membangunkan sedikit lewat dari jam tiga untuk memberi waktu agak lama untuk Abduh beristirahat, karena pulangnya juga sudah larut.

Ternyata Allah SWT menentukan lain. Jam dimana Abduh terbiasa terbangun untuk shalat malam menghadap Rabb-nya, saat itu ternyata menjadi saat di mana dia menghadap Rabb-nya lebih dekat.. lebih dekat dari biasanya.

Mbak Yuli memang tegar. Walaupun ada kesedihan di hati, tidak terdengar tangisnya. Bicaranya pun terlihat sangat tenang. Aku tahu, hal itu karena dia harus menenangkan ibunya setelah sebelumnya memberitahu tentang meninggalnya Abduh. Setelah berkoordinasi secara kilat tentang dipulangkan kemana jenazah almarhum, akhirnya diambil keputusan untuk disemayamkan di komplek Peruri, tempat tinggal saudaranya. Tempat yang juga sudah menjadi tempat tinggal bagi mereka.

Saat itu baru saja subuh. Dengan sisa sedikit pulsa, aku memberitahu isteri dan meminta pada isteriku untuk menghubungi dua orang teman di markas untuk datang di rumah duka di Peruri, agar bisa mempersiapkan segala sesuatunya bersama keluarga di Peruri.

Pak Kusnadi menunggu kedatangan jenazah, berkoordinasi dengan keluarga sambil memberitakan duka ini kepada lainnya. Pak Mukhlis segera menghubungi Amil dan membeli bahan-bahan yang diperlukan dalam penyelenggaraan jenazah. Aku sendiri kembali ke rumah mbak Yuli di Villa Pamulang untuk menjemput isteriku dan anak-anak mbak Yuli. Menyiapkan pakaian ganti dan semua perlengkapan yang kira-kira diperlukan untuk mbak Yuli, Iqbal, anak-anak dan ibunya untuk dibawa ke Peruri.

Bersamaan dengan kedatanganku di rumah mbak Yuli, saat itu datang juga Eka, seorang teman dari markas juga. Eka memang diminta datang oleh isteriku subuh itu juga, karena isteriku mengira aku langsung ke Peruri dan tidak menjemputnya.

Sesampainya dekat rumah sakit, ternyata mbak Yuli dan keluarga masih berada di sana. Akhirnya kami tidak langsung ke Peruri, dan segera masuk ke halaman rumah sakit. Akhirnya ambulance yang membawa jenazah almarhum-pun siap berangkat. Anak-anak bersama ibu, Iqbal dan Eka bersama mobil menuju Peruri. Mbak Yuli dan isteriku ke Peruri dengan Ambulance. Aku sendiri pergi dengan motor. Karena kunci motor terbawa isteri, aku berkendara dengan motor Eka. Untungnya, kunci motornya belum kuserahkan padanya saat tiba di rumah sakit, karena untuk naik angkutan umum, sepeser uang-pun tidak terbawa olehku karena begitu bergegasnya, sehingga terlupakan.

Tiba di Peruri, aku menunggu bersama pak Kusnadi. Ketika jenazah almarhum tiba, pecahlah tangis sanak saudara. Tetangga dan teman yang berdatangan-pun terlihat berduka, nampak terkejut dan tidak percaya. Usianya baru 27 tahun. Tidak sakit apapun. Tidak ada riwayat sakit jantung, bahkan dari riwayat keluarganya sekalipun. Bahkan malam itu, sebelum tiba di Villa pamulang, Abduh menyempatkan diri ke Peruri, karena memang juga sudah menjadi tempat tinggalnya sejak lama. Sempat berbincang-bincang dan shalat Isya’ berjamaah di masjid Al-Ikhwan di depan rumahnya. Sampai jam 23 malam masih menyempatkan diri membantu salah seorang ikhwah menyelesaikan sebuah tugas, sebelum akhirnya pergi pulang.

Silih berganti warga dan kerabat berdatangan untuk takziah. Aku melihat kedatangan mereka sambil mengenalinya di hati. Tentu saja, sangat banyak dari mereka yang merasa ditinggal. Abduh yang dikenalinya selama ini adalah orang yang mudah dimintai tolong. Hampir tidak pernah mengelak ketika diminta bantuan. Selalu bersikap baik dengan semua orang. Tidak pernah membicarakan aib orang lain. Ketika bercanda, hanya seperlunya dan sewajarnya. Tidak pernah melibatkan diri dalam perdebatan yg dapat menimbulkan permusuhan. Kami-pun di markas, juga mengenali beliau sebagai kader yang selalu siaga ditempatkan dimana saja. Mungkin Abduh bukan siapa-siapa dalam struktur jamaah dakwah ini. Tetapi tanpa keterlibatannya, bisa jadi agak terasa kesulitan dalam merealisasikan agenda. Oleh karenanya, biasanya dalam kepanitiaan biasa dimasukkan dalam seksi pembantu umum ataupun akomodasi dan transportasi.

Aku dan keluarga seringkali juga meminta beliau mendampingi dan mengantar kami menjenguk anak pertama kami di sebuah boarding school di Subang. Sehingga, kami memiliki kesan yang mendalam tentangnya.

Bila waktunya mengantar kami ke Subang, selalu dia menyempatkan berhenti di rest area. Aku tahu, hal itu tidak dilakukan untuk semata-mata mengisi bahan bakar, tetapi alasan sebenarnya adalah agar bisa terlebih dulu menjalankan shalat dhuha. Aku memang selalu meminta diantar pagi-pagi hari, agar masih terbilang pagi saat sampai di Subang. Saat-saat menunggu kami sekeluarga-pun, tidak terlepas dengan mushaf yang selalu dibawanya.

Sepanjang pengetahuanku, aku mengenalinya sebagai orang yang selalu menjaga dhuha, shalat malam, al-ma’tsurat dan tilawahnya. Kami juga mengenalinya sebagai orang yang sayang dan hormat dengan kakak dan saudara-saudaranya. Selalu mengiyakan nasehat kakaknya. Terlebih kepada ibunya. Bahkan suatu ketika, ketika terasa sakit dan tidak merasa kuat untuk meneruskan puasa ayyamul bidh-nya, Abduh masih menyempatkan diri menghubungi ibunya meminta ijin lebih dulu untuk berbuka dan membatalkan puasanya.

Sambil mengenali satu-persatu kerabat yang datang takziah, begitulan kesan dan kabar kebaikan Abduh ‘bercerita’ dalam pikiran dan hatiku. Sampai akhirnya mataku teralihkan oleh kedatangan akhwat. Berdua. Yang satu berusia paruh baya. Yang satu masih muda dan cantik. Akhwat ini menangis. Sempat tidak kuasa melangkah mendekati jenazah almarhum. Akhwat yang satu yang rupanya adalah murabbinya, mengajaknya untuk mendekat dan melihat. Semakin pecah tangisnya. Aku bertanya-tanya, “Ini siapa..? Kenapa terlihat begitu sedih dan terpukul..?”

Sedari tadi, kesedihan di hati hanya membuat mataku sesekali berkaca-kaca. Kaca itu semakin menebal ketika kemudian aku mengetahui bahwa akhwat ini adalah calon yang rencananya menjadi pendamping hidup almarhum. Dan akhirnya, bendungan itu tidak bisa kutahan lagi. Air mataku mulai menyudut dan mengalir, saat melihat drama sang akhwat menangis tersedu-sedu sambil berpelukan dengan mbak Yuli, kakak Abduh. Berpelukan sangat erat dan lama. Erat dan lama. Eratt sekali. Lamma sekali.

Dan aku memandangi adegan itu. Rupanya, almarhum sedang menjalani proses ta’aruf dengan akhwat tersebut, dan sedang berlanjut dalam proses khitbah.

Dari Murabbinya Abduh, aku mengetahui ternyata Abduh sudah yang ke empat kalinya menjalani proses ta’aruf. Bahkan dari kakaknya, mbak Yuli, kami mengetahui dan pernah diminta bantuannya saat beranjak akan berangkat meminang dan akhirnya tiba-tiba batal justru sehari dari rencana datang meminang akhwat tersebut (pada proses sebelumnya). Sampai saat ini aku belum mengerti alasan akhwat itu tiba-tiba membatalkannya. Dan dengan akhwat yang sekarang, adalah proses ta’aruf yang keempat, setelah tiga sebelumnya gagal.

Sekilas, mengenal akhwat yang sebelumnya tidak saya kenali tersebut, memang terlihat pantas sebenarnya jika pada akhirnya berjodoh. Kecantikan yang sempurna dan terlihat shalihah.

Tapi rupanya Allah SWT lebih menyukai almarhum. Semoga akhwat ini mendapat ganti yang sepadan atau bahkan mungkin yang lebih baik, dan mudah-mudahan menjadi hikmah yang sangat besar baginya bahwa jodoh hanya di tangan Yang Maha Kuasa, bukan di tangan kita. Dan semoga menjadi ujian yang kesabaran dan keikhlasannya menjadikan akhwat ini menjadi penghuni surga.

(Ya, sempat kujabat dan kupeluk akhwat itu. Mengajaknya bicara pelan-pelan, meski kami baru kenal. Sangat kupahami rasa terpukul dan sedihnya, karena proses pernikahan, ah, tepatnya proses khitbah yang sebentar lagi, harus batal, bukan karena digagalkan, tapi karena calon mempelai laki-laki mendadak meninggal. Rabbi.. terbayang perih rasanya. Kuusap bahunya pelan, dan kusarankan agar ia membaca Qur’an dengan perlahan, agar hatinya lebih tenang-red)

Saat aku mengantarkan jenazah dari rumah sakit menuju rumah duka, mbak Yuli sempat bercerita kepada isteriku hikmah di balik gagalnya proses ta’aruf adiknya. Mbak Yuli merasa, mungkin ini adalah hikmah di balik semua kegagalan itu. Dan dalam tangisnya yang akhirnya pecah saat di ambulance bersama isteriku, mbak Yuli mengakhiri curahan hatinya dengan harapan dan merasa yakin sekali bahwa memang Abduh hanya untuk bidadari di surga, bukan untuk yang lainnya.

Aku sendiri berdoa di akhir tulisan ini, walaupun Abduh terpaut cukup jauh usianya di bawahku. Aku memohon kepada Allah SWT agar diberi kemampuan dan kesempatan meneladani seluruh kebaikan Abduh. Bagaimana mungkin aku tidak butuh meminta seperti itu, sedangkan bidadari di surga-pun cemburu karenanya..?

* * *

Dan aku selalu cemburu, pada orang sukses sepertimu, dek.
Yang senantiasa menabung amal sholeh, hingga pancaran wajah saat akhir hayatmu..
Begitu tenang, begitu damai, seperti tidur..
Selamat jalan dek Abduh, kami semua menyaksikan bahwa kau lelaki sholeh.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.
Ya Rabb, mampukan kami agar dapat menjadi orang sukses saat menghadapMu, seperti saudaraku ini.

Pamulang & Ciputat, 22 Maret 2012. Tulisan kolaborasi dengan pak Lutfi
Sumber : http://www.fimadani.com/bahkan-bidadari-pun-cemburu-karenanya/

"CAHAYA YANG TERSENYUM". Puisi curahan hati Ustad Hadi Mulyadi untuk Ustadz Nurhuda (Almarhum).

22/03/12


Sabtu itu terasa kelabu dalam hidupku
Engkau mendahului meninggalkanku
Mendahuluiku untuk menjalani fase kehidupan baru
Kehidupan baru seorang mujahid untuk bertemu Kekasihmu…

Aku berusaha tegar menghadapi semua itu
Kusimpan dalam-dalam tangis dan sedihku
Tapi tetap aku tak sanggup dan lepas dalam haru biru…`

Sekarang tinggal kenangan
Lebih dua puluh tahun kita berteman
Suka dan duka kita lewati dengan penuh kesan
Hal yang tidak pernah kulupakan
Kesungguhanmu dalam memikirkan segala urusan…

Keteguhanmu mengalahkan gunung yang tertancap kuat di bumi
Kekuatan azammu mengalahkan kuatnya biji besi yang menjadi baja
Ketulusanmu mengalahkan tiupan angin dengan segala kelembutan dan kekuatannya

Panjangnya amalmu mengalahkan panjangnya aliran air yang mengalir dari mata air di gunung hinggga ke samudra lautan…

Pohon yang kau tanam dua puluh tahun yang lalu
Kini sudah mulai berbunga, mekar dan harum
Sudah memulai berbuah memberi manfaat bagi ummat dan masyarakat…

Pohon itu tidak akan pernah mati
Dia akan terus memberi manfaat
Dan akan menjadi buah bagi orang lain di dunia dan menjadi kiriman bagimu di akhirat…

Saudaraku Nurhuda
Sesuai dengan namamu
Kau selalu menjadi cahaya bagi sesama
Dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus…

Engkau bagai Matahari yang selalu memberi cahaya kebenaran
Bagai bulan yang menerangi dengan kelembutan
Bagai embun yang tak henti meneteskan air
Bagai api yang tak henti menyala…

Kau telah membawa cahaya dan petunjuk
Aku dan semua saudaramu akan menyimpan baik-baik cahaya itu
Dan akan kami tebarkan ke penjuru dunia
Untuk menerangi yang gelap…

Sekarang kami tahu
Bahwa kau sedang tersenyum bersama Kekasihmu…Rasulullah…
Tersenyum melihat bunga dan buah yang kau tanam
Tersenyumlah selalu
Sampai aku menyusulmu dengan senyum pula…

By Hadi Mulyadi
Garuda, Bpn-Jkt, 31 Januari 2012

[Kenaikan Harga BBM] PKS Tawarkan 3 Solusi Alternatif Rasional dan Aplicated


TRIBUNNEWS.COM - PKS menganggap kenaikan harga BBM Bersubsidi belum tentu menjadi solusi terbaik bagi persoalan APBN 2012. Untuk itu, Fraksi PKS menawarkan 3 solusi guna mengatasi tekanan anggaran akibat membengkaknya subsidi BBM.

Sekretaris FPKS DPR RI KH Abdul Hakim, mengatakan, solusi pertama yang ditawarkan fraksinya untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM yaitu tidak menaikkan harga BBM.

Fraksi PKS, kata Hakim, berpandangan bahwa ketika harga BBM dinaikkan, maka anggaran subsidi BBM dalam RAPBNP akan membutuhkan tambahan sekitar Rp60 triliun. Namun dengan tidak ada kenaikan harga BBM maka tentunya tidak ada dana untuk kompensasi sebesar Rp 25 triliun dalam RAPBNP 2012, sehingga kekurangan dana dalam RAPBNP menjadi sebesar Rp 35 Triliun.

“Untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 35 triliun tersebut diambil jalan yang tidak mengubah postur belanja dan penerimaan RAPBNP 2012, yaitu menambah defisit 0,41% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga defisit seluruhnya akan menjadi sebesar Rp225,1 triliun atau 2,64% dari PDB. Rasio defisit ini naik 0,41% (Rp 35 triliun) dari rencana dalam RAPBNP 2012 sebesar 2,23% (Rp 190,1 triliun) tetapi masih dibawah batas yang dibolehkan Undang-undang sebesar 3% dari PDB,” Kata Hakim dalam siaran persnya kepada Tribunnews.com, Kamis(22/3/2012).

Alternatif lain untuk menutupi kekurangan dana tersebut adalah dengan sedikit mengubah postur RAPBNP 2012 dengan mempertahankan penerimaan pajak sebesar Rp1.032 Triliun seperti target dalam APBN 2012, mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pemanfaatan Saldo anggaran lebih (SAL) yang mencapai Rp96,6 Triliun serta melakukan penghematan terhadap belanja barang dan pegawai.

Sebagai solusi kedua, Fraksi PKS menawarkan pemberlakukan BBM Bersubsidi dengan Dua Harga.

“Jika pemerintah ingin mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM, maka sebaiknya memilih kebijakan “pemilahan” sekaligus “pemihakan” (discriminative and affirmative policy) yaitu melalui skema BBM Bersubsidi 2 harga (dual price), yaitu Rp 6.000/liter untuk Mobil Pribadi sesuai usulan RAPBNP 2012, sementara Kendaraan Umum, Angkutan Pedesaan, Kendaraan Barang/Usaha Kecil Menengah, dan motor tetap seharga Rp 4.500/liter,” kata Hakim.

Dengan skema ini, Fraksi PKS berkeyakinan subsidi BBM akan tepat sasaran sehingga pemerintah tidak perlu lagi memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan dipolitisasi.

“Dengan pemberlakukan BBM dua harga ini, maka masyarakat yang harus menerima subsidi ‘dipastikan’ menerima haknya sejak awal, sehingga pemerintah tidak perlu memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan politisasi.” Kata politisi PKS asal Lampung itu.

Dengan skema BBM Bersubsidi 2 harga ini, kata Hakim, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 25,34 triliun. Bila kemudian ditambah dengan investasi untuk infrastruktur pengaturan ini sebesar ‘kurang’ dari Rp1,2 triliun maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,31% (Rp 26,54 triliun) sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,54% dan masih dibawah ambang batas yang diizinkan dalam peraturan perundang-undangan.

Dan jika Pemerintah tetap berkeinginan menaikan BBM Bersubsidi, maka Fraksi PKS meminta agar kenaikan BBM hanya sebesar Rp500/liter. (solusi ketiga)

“Pemerintah dapat menaikan BBM Bersubsidi dengan angka kenaikan yang minimal dalam tenggat waktu tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan kebijakan BBM Bersubsidi dua harga. BBM Bersubsidi naik sementara Rp500, sampai kemudian infrastruktur pengaturan yang sebelumnya tertunda dapat diselesaikan.” Kata Hakim.

Dengan skema ini, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan sekitar Rp 19,05 triliun. Maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,22% sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,45%. Tambahan beban subisidi tersebut dapat ditutup dengan penghematan dari penetapan subsidi listrik sebesar Rp29 triliun yang telah diputuskan oleh Menteri ESDM dan Komisi VII, Kamis, 15 Maret 2012, mempertahankan penerimaan pajak tetap seperti target dalam APBN 2012 dan optimalisasi PNBP serta pemanfaatan SAL.

*http://www.tribunnews.com/2012/03/22/fraksi-pks-tawarkan-3-solus

Tersenyumlah di Jalan Dakwah Ini!


“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya."


Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS dari seorang sahabat.

“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya. Saat engkau menangis atas perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai menghitung setiap tetes air matamu. Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan selalu ada bersamamu! Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini, Akh! Fikirkanlah tentang KONTRIBUSI yang dapat kita berikan. Semoga Allah senantiasa mencintaimu.”

Subhanallah. Hatiku bergetar membacanya. Memang, jalan dakwah adalah panjang, berliku, menanjak, dan penuh onak duri. Seperti itulah dakwah. Namun ketika kita ikhlas menjalaninya, dakwah itu akan menjadi indah. Meminjam ucapan Ustadz Rahmat Abdullah, “Seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan menarik seluruh potensi yang ada pada dirimu. Mulai dari tidurmu, sadarmu, mimpimu, gerakmu, jalanmu, bahkan diammu untuknya.”

Meniti langkah di jalan dakwah tidaklah mudah. Tidak juga sulit. Tidak mudah, karena jalan dakwah ini hanya sedikit orang yang memilihnya. Sehingga kita haruslah benar-benar ikhlas mengharapkan pertolongan serta ridha Allah dalam meniti jalan dakwah ini.

Sampaikanlah walau satu ayat. Perintah dakwah ini tentu sudah sangat sering kita dengar. Tentu saja, dakwah adalah hal yang sangat penting dalam regenerasi para muslim kita ini. Bisa dibayangkan kalau saja para sahabat enggan berdakwah setelah Rasulullah wafat, entah bagaimana kondisi kita saat ini. Nikmat islam belum tentu bisa kita rasakan seperti hembusan yang kita dapatkan ini.

Tersenyumlah menghadapi jalan dakwah ini, Saudaraku!

Ringankan bebanmu dengan senyuman. Tatap optimis masa depan dengan senyuman. Jemputlah kebahagiaan dengan senyuman. Tinggalkan kesedihan dengan senyuman. Sambut saudaramu dengan senyuman. Buat mereka bahagia dengan senyumanmu.

“Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan SENYUMAN” (HR Muslim)

Ketika kehidupan memberi kita seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita memiliki sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan di jalan dakwah ini dengan kata keikhlasan. Indahnya hidup bukanlah dari seberapa banyak orang mengenal kita. Namun seberapa bahagia orang-orang telah mengenal kita!

Buatlah saudara kita tersenyum telah mengenal kita. Ketika mereka tengah dalam risau gundah, senyummu-lah yang mengangkat mereka kembali dari keterpurukan. Ketika rekan kita di jalan panjang dakwah ini mengalami letih, senyummu-lah yang mengobatinya. Ketika rekan dakwah kita tengah goyah, senyummu-lah yang menguatkan. Betapa indah senyum itu.

Itulah mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk saling berwasiat dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kesabaran. Mengapa sabar? Karena istiqamah dalam jalan dakwah bagaikan memegang bara api. Menyakitkan dan sangat berat. Perlu penguat sesama kader dakwah untuk tetap istiqamah di jalan dakwah ini.

Tersenyumlah di jalan dakwah ini! :)

(Fathan)

CIR Prediksi Putaran 2 Pilkada DKI : HNW vs Jokowi


[REPUBLIKA] -- Center for Indonesia Reform (CIR) memprediksi Pemilukada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran. Pada putaran kedua diprediksi akan bertarung Jokowi-Ahok dan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini. Mereka mewakili semangat populisme dan grass root versus profesionalisme dan kelas menengah.


"Ini sangat positif bagi ibu kota karena dapat mencegah anarkisme dan pragmatisme (money politics)," kata peneliti CIR, Rian Stadi, di Jakarta, Kamis (22/3).

CIR merupakan lembaga kajian strategi dan kebijakan, serta rujukan informasi untuk masalah ekonomi, politik, sosial-budaya, sains-teknologi, hukum dan hak asasi manusia (HAM). Lembaga itu didirikan pada 30 November 2001 di Jakarta.

Menurut dia peluang Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini cukup besar karena menyolidkan kembali konstituen PKS yang mencapai sedikitnya 25 persen pemilih tahun 2004, ditambah pendukung PAN yang lebih cendrung ke Rachbini. Argumentasinya, kata dia, karena calon gubernur incumbent Fauzi Bowo (Foke) mengambil cawagub dari Partai Demokrat juga (Nachrowi), yang disebutnya seperti "jeruk makan jeruk".

Ia mengemukakan bahwa berdasar survei cepat, popularitas Foke-Nara merosot drastis karena ditantang Jokowi-Ahok, yang diusung PDIP-Gerindra.

*http://www.republika.co.id//berita/menuju-jakarta-1/news/12/03/22/m19r1g-cir-prediksi-pemilukada-dki-jakarta-dua-putaran

'JIHAD Transportasi Massal' Solusi Radikal Prof. Didik J Rachbini Atasi Kemacetan Jakarta

21/03/12


Prof. Dr. Didik J. Rachbini
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta
pasangan DR. Hidayat Nur Wahid


•#JihadTransportasiMassal kita hrs punya gagasan dan eksekusi radikal tapi feasible krn penyakitnya parah.


•klau singapura bisa, bangkok bisa, KL bisa, knp jakarta tidak? Solusinya adalah #JihadTransportasiMassal


•#JihadTransportasiMassal tertib angkotan kota, yang liar dibenahi.


•#JihadTransportasiMassal fokus pd sistem angkutan kapasitas besar, cepat, efisien dan nyaman.


•#JihadTransportasiMassal sistem tranportsi kapasitas besar utk golongan menengah, bawah dan tdk mampu.


•#JihadTransportasiMassal ubah sistem perencanaan transp dgn memaksimalkan sumberdaya ke arah visi ini (apbd dki 35 t dlm waktu dekat bs 70t).


•#JihadTransportasiMassal memperkuat klmbagaan n otoritas transportasi jakarta n kerjasama jabotabek, jk diperlukan otonom di bwh gub/wkl gub.


•#JihadTransportasiMassal pembangunan jalan tol layang masif jkt terintegrasi dari timur ke barat dan dari selatan ke utara.


•#JihadTransportasiMassal integrasikan transportasi kota bus dgn existing jalur kereta yang ada.


•#JihadTransportasiMassal melipatgandakan kapasitas jalur kereta di jkt mjd 200% dgn rel ganda atas dan bawah (double track).


•#JihadTransportasiMassal harus dan wajib bangun mass rapid transport, monorel dan alternatif lainnya dgn kapasitas besar.


•#JihadTransportasiMassal subsidi pada tranportasi umum 100 persen gas yg murah dan bersih utk kota jkt.


•#JihadTransportasiMassal peremajaan bus2 tua.


•#JihadTransportasiMassal konsolidasi bus2 kecil dan kendaraan yg membuat macet jkt.


•Jadi #JihadTransportasiMassal mengarahkan semua pemangku kepentingan ke arah tranportasi publik kapasitas besar.


•#JihadTransportasiMassal perbaiki sistem perparkiran yg semerawut.


•#JihadTransportasiMassal parkir mobil mahal sbg disinsentif pindah ke transportasi massal.


•#JihadTransportasiMassal pajak kendaraan bermotor bertahap naik sbg disinsentif utk dialihkan ke pembangunan tranpt massal.


•#JihadTransportasiMassal (dlm hati) jika tdk bisa mengubah jkt utk apa maju, balik ngajar sj di kampus dalam dan LN.


•#JihadTransportasiMassal adalah anti-tesis thd kebijakan transportasi kota yg mandeg dan tdk ada perubahan hmpir 5 thn ini.


*https://twitter.com/#!/djrachbini

Cahyadi Takariawan : Dari Sani ke Wahid, Cermin teramat bening.


Oleh Cahyadi Takariawan


Masyarakat boleh berkata apa saja tentang proses Pilkada DKI Jakarta. Media sudah banyak memberitakannya. Kader sudah melek dan senang membaca berita. Ada cermin bening, sangat bening, dalam proses yang menyertainya. Sangat banyak mutiara hikmah yang harus kita ambil darinya.

Adalah Triwisaksana, kader dakwah yang mendapatkan amanah untuk dimajukan dalam Pilkada. Kerja keras sudah dilakukannya, pagi, siang, sore hingga malam tiba. Keringat mengucur dengan deras, membasahi sekujur tubuhnya. Mencoba merangkai harapan masa depan, merenda cita-cita kemenangan, membayangkan Jakarta diliputi pribadi mulia.

Namun apa hendak dikata. Realitas politik sangat sulit diduga. Bang Sani menerima keputusan pimpinan, ia tidak jadi dimajukan dalam proses Pilkada. Pilihan yang sulit bagi para pimpinan partainya, karena sangat banyak kendala untuk tetap memajukan Triwisaksana. Pilihan telah ditetapkan, keputusan telah dikeluarkan, Hidayat Nurwahid tidak pernah menyangka. Ya, ustadz Hidayat mendapatkan amanah maju dalam Pilkada DKI Jakarta.

Coba lihat bagaimana sikap keduanya. Akhuna Triwisaksana bersikap sangat dewasa. Ustadzuna Hidayat bersikap sangat bijaksana. Baca saja media, berikut cuplikannya.

Kutipan Media – 1

Hidayat mengatakan, siap sepenuhnya mendukung Triwisaksana atau yang akrab dipanggil Sani, yang sebelumnya dicalonkan dalam pemilukada DKI Jakarta. “Jika Bang Sani maju, saya akan legowo untuk tim sukses pemilu,” lanjutnya.

Pada prinsipnya, kata Hidayat, Sani lebih berkompeten menjadi calon Gubernur. “Saya percaya partai akan memutuskan calon terbaik bagi DKI dan Indonesia. Secara prinsip, Sani cocok dan berkompeten,” kata dia.


Kutipan Media – 2

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana meski sebelumnya dideklarasikan sebagai bakal calon gubernur Jakarta mengaku tidak kecewa atas keputusan partainya yang mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai calon resmi Partai Keadilan Sejahtera.

“Tidak kecewa dengan keputusan partai, memang pak Hidayat adalah tokoh yang lebih baik dari saya,” kata Triwisaksana yang turut mendampingi pendaftaran pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini sebagai cagub-cawagub PKS di KPUD Jakarta, Senin malam (19/3/2012).

Kutipan Media – 3

Bakal calon gubernur DKI Jakarta Triwisaksana mengaku tidak sakit hati atas kegagalannya maju sebagai DKI 1. Sani, salah seorang politisi muda PKS ini bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada pasangan Hidayat Nurwahid – Didik J. Rachbini.

“Tidak ada sakit hati sama sekali. Saya malah diminta untuk menjadi timses (tim sukses) kedua pasangan,” kata Bang Sani panggilan akrab Triwisaksana di Kantor KPUD DKI Jakarta, Senin (19/3/2012).

Menurut Bang Sani, pencalonan Hidayat Nurwahid sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari PKS tidak perlu dipermasalahkan. Bang Sani menganggap Hidayat Nur Wahid merupakan kader terbaik PKS. “Itu proses yang biasa saja,” imbuhnya. Lalu apa alasan PKS tidak memilihnya maju sebagai calon DKI 1? “Pak Hidayat Miliki kapasitas ketimbang saya,” tukasnya.

Kutipan Media – 4

Triwisaksana yang sebelumnya dideklarasikan PKS sebagai calon gubernur, kini berharap pasangan yang diusung partainya akan menang dalam persaingan menuju Balaikota. Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang juga mendampingi pencalonan Hidayat – Rachbini mengatakan deklarasi pencalonan Triwisaksana sebelumnya merupakan ‘pemanasan’.

Demikian media menuturkannya.
--------------------------------------------------------

Cermin Bening : Dari Sani ke Wahid

Subhanallah, lihatlah kedua kader terbaik kita. Demikian tinggi etika mereka jaga. Mereka saling melempar pujian kepada lainnya. Hidayat mengatakan siap mendukung Sani jika partai memilih Sani untuk maju dalam Pilkada. Hidayat menganggap Sani cocok dan memiliki kapasitas untuk memimpin Jakarta. Sebaliknya Sani menyatakan Hidayat lebih baik darinya. Subhanallah, betapa mulia mereka berdua.

Keduanya menyatakan siap menjadi Tim Sukses bagi yang lainnya, apabila dirinya tidak jadi dimajukan dalam Pilkada. Subhanallah, betapa mulia hati mereka. Presiden Partai menyatakan, Bang Sani telah melakukan pemanasan, bagi jalan yang akan dilalui oleh Hidayat Nurwahid untuk memimpin Jakarta.

Cermin bening itu, menjadi isyarat kebersihan niat dalam mengikuti proses Pilkada. Kebesaran jiwa Bang Sani, kebersahajaan ustadz Hidayat, menjadi modal utama memenangkan kontestasi politik menuju pemimpin DKI Jakarta.

Dari Sani ke Wahid, keduanya kader dakwah yang setia. Dari Sani ke Wahid, keduanya simbol perjuangan yang menggelora. Dari Sani ke Wahid, lihatlah tidak ada yang perlu terluka dan kecewa. Dari Sani ke Wahid, keduanya memang istimewa.


*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2257

Berita Terpopuler

DPW PKS KALTIM

Tahukah Kita

Renungan & Hikmah

Bidpuan DPC ULU

Dapur Bidpuan Samarinda Ulu


Fraksi DPRD Smd ( Oleh : Utomo Puji )

 
© Copyright PKS Samarinda Ulu 2012 | Design by PKS TEMPLATE | Powered by Blogger.com.