NEWS UPDATE :

Hadi Mulyadi : Tahapan-tahapan Menyongsong Tuntutan Da'wah

08/04/12


Tuntutan dakwah yang sedemikian besar semakin membuat kita merasa bahwa memang kewajiban yang kita miliki lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci dalam mengusahakan dakwah melalui wahana kita ini.

Pertama adalah pengokohan. Kokoh pribadi dan keluarganya, akidahnya, pemikirannya, fisiknya, serta melakukan pengokohan secara struktural. Ketika seorang juru dakwah memiliki kekokohan dalam berbagai aspek sebagaimana disebutkan tadi, maka ia akan dapat menjadi menjadi tokoh panutan di daerahnya. Menjadi rujukan bagi masyarakat tatkala mereka memerlukan.

Secara umum, dalam bekerja butuh adanya kesepahaman. Kesepahaman ini akan menumbuhkan kekokohan secara politis. Artinya, dengan bersinergi memungkinkan peluang keberhasilan yang lebih besar. Saling ikhlas akan menutupi kekurangan kita dan menaikkan kesepahaman lebih tinggi lagi. Perbedaan pemahaman, perbedaan persepsi, akan hilang apabila kita meningkatkan keikhlasan dalam diri dan menumbuhkan kesepahaman antar setiap juru dakwah.

Kedua, adalah meningkatkan ukhuwah di antara kita melalui komunikasi positif. Bagaimana kita bisa melakukan komunikasi positif antara kita apabila antara kita tidak saling mengenal dengan baik, tidak saling memahami. Salah satu contoh adalah dalam penyampaian kritik. Kritik itu ibarat air yang menyiram tanaman. Apabila terlalu banyak tanaman bisa mati, namun apabila terlalu sedikit tanaman tersebut bisa mati juga. Biasakan apabila memberikan kritik dengan menggunakan kalimat positif, agar tidak mengejutkan lawan bicara kita. Tidak semua orang dapat menerima kritik kita dengan hati terbuka, maka penyampaian kritik harus benar-benar diperhatikan. Apabila dalam mengemukakan berkesan negatif maka bisa timbul ketegangan.

Oleh karena itu setiap juru dakwah harus benar-benar saling mengenal dan memahami untuk meningkatkan komunikasi. Untuk saling mengenal ini ada sebuah hadits dari Rasulullah saw yaitu bahwa tidak bersaudara di antara kamu kalau tidak pernah lapar bersama, tidur bersama, dan makan bersama. Maka jadikanlah setiap momentum kebersamaan menjadi sarana bagi kita untuk lebih mengenal saudara-saudara kita sesama penggiat dakwah.

Ketiga adalah berpikir untuk melayani masyarakat. Melayani masyarakat, apabila tidak dimulai dari diri kita sendiri, tidak akan maksimal. Kita latih diri kita, untuk menjadi orang yang perhatian kepada masyarakat. Mulai dari perhatian kita kepada tetangga kiri kanan kita, kepada teman-teman sesama juru dakwah. Bersikaplah hormat kepada yang tua, santun kepada sesama, dan sayang pada yang muda.

Menjadi pemimpin harus dimulai dari melayani ummat. Pemimpin adalah pelayan ummat, oleh karena itu sejak dini kita harus membiasakan diri untuk kebahagiaan orang lain. Selalu berpikir untuk kepentingan orang lain. Apabila selalu memikirkan diri sendiri, tidak akan bisa menjadi pelayan ummat, apalagi menjadi pemimpin bagi ummat.

keempat adalah, mampu berpikir positif terhadap kejadian dan peristiwa yang kita lewati. Dengan berpikir positif kita akan menjadi orang besar. Ustadz Anis Matta memberikan ilustrasi bahwa dalam skup terkecil, keluarga adalah sebuah organisasi. Maka apabila ingin belajar memimpin secara baik mulailah belajar dari keluarga. Dalam keluarga, ada persoalan kecil yang tidak usah dianggap terlalu serius. Demikian pula dalam sebuah organisasi. Apabila kita terus terbebani dengan hal-hal yang telah lampau maka itu akan memberatkan setiap langkah kita. Berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami akan memperkaya pengalaman kita.

Selanjutnya, perlu diingat bahwa akan selalu ada ujian yang bersifat pribadi, keluarga, maupun kolektif dalam kehidupan berjamaah. Maka menjaga keseimbangan menjadi suatu hal yang penting. Menjaga keseimbangan antara diri sendiri, keluarga, dan masyarakat banyak. Keseimbangan juga berlaku antara fisik dan ruhani.

Kesibukan yang semakin banyak biasanya membuat kita terlalai dengan rutinitas serta melupakan keseimbangan dalam diri, baik aspek fikriyah, ruhaniyah, maupun jasadiyah. Jangan sampai terjadi ekstremitas, karena ekstremitas akan membuat dikotomi. Aspek keseimbangan jasadiyah kadang terabaikan, walau sebenarnya ini perlu untuk semua. Kadang bagi kaum wanita aspek jasadiyah ini terlupakan, padahal perlu juga dibuat sebuah pelatihan untuk menjaga kondisi fisik kaum ibu. Namun pelaksanaannya perlu diperhatikan agar tidak mengganggu peran dalam keluarga.

jadikanlah pribadi-pribadi kita sebagai pribadi yang dewasa sehingga kita menghadapi hari depan penuh optimisme. Semoga Allah swt senantiasa memudahkan langkah kita.


Sumber : http://pksejahtera.multiply.com/reviews/item/12

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright PKS Samarinda Ulu 2012 | Design by PKS TEMPLATE | Powered by Blogger.com.