NEWS UPDATE :

Klotok tiga kali karam

16/04/12


TENGGARONG - Jasa penyeberangan di jalur Tenggarong–Tenggarong Seberang dan sekitarnya kembali bikin heboh. Pagi menjelang siang, Senin (16/4), sebuah kapal kelotok nyaris tenggelam ketika akan memuat mobil truk di Dermaga Pal 7 Loa Kulu. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun kapal nahas itu mengalami kerusakan serius.

Kecelakaan ini adalah yang ketiga kalinya menimpa kapal kelotok, setelah Jembatan Kartanegara runtuh 26 November 2011. Pada 24 Desember 2011 dan 21 Maret 2012 lalu juga terjadi kecelakaan kapal kelotok di kawasan tersebut. (selengkapnya lihat grafis, berita terkait juga disajikan di halaman 29-Kutai Kartanegara, Red).

Peristiwa kemarin bermula ketika kapal dengan motoris Mariadi (34) itu bermaksud mengangkut dua mobil untuk menyeberang ke Loa Lepuh, Tenggarong Seberang. Pertama, berupa mobil box bernomor polisi KT 8502 A naik lebih dahulu. Kemudian, disusul truk merah KT 8710 CG.

Nah, ketika truk itu bergerak masuk tiba-tiba kapal itu karam. Diduga kuat, kapal tersebut tak sanggup menahan beban sehingga karam. Selama ini, memang biasa terlihat kapal kelotok sebesar itu mengangkut truk, tapi hanya 1 unit. Kadang juga kapal kelotok mengangkut dua unit mobil, tapi dua-duanya sekelas Innova atau sedan.

Peristiwa kemarin memang patut pelajaran bersama, khususnya bagi pengelola jasa penyeberangan dengan kapal kelotok. Saat kejadian, mobil box sempat ikut karam. Begitu juga dengan truk. Sedangkan pengemudi kedua mobil tersebut sempat berlari ke pinggir dermaga, saat keadaan mulai gawat.

Tidak lama setelah kejadian, kedua mobil berikut kapal kelotok itu berhasil dievakuasi. Mobil box terpaksa dilarikan ke bengkel, karena mesinnya kemasukan air. Sedangkan mobil truk selamat. “Kami masih mengumpulkan informasi terkait peristiwa tersebut. Kami sedang selidiki masalah tersebut,” kata Kapolres Kukar AKBP I Gusti KB Harryarsana melalui Kasubag Humas Polres AKP I Nyoman Subrata.

Dikatakan, peristiwa ini diduga akibat kelalaian para awak “feri tradisional” (kapal kelotok) itu. Mereka tidak mengikat kapal ke dermaga, saat akan memuat kendaraan. Sehingga kapal yang bergerak mengikuti arus gelombang sungai menjadi tidak stabil. Terkait kemungkinan kelebihan muatan, menurut Nyoman, pihaknya juga masih menyelidiki.

Kepolisian, menurut Nyoman, juga akan menindaklanjuti indikasi adanya kapal kelotok beroperasi tanpa izin, termasuk angkutan yang melebihi kapasitas.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kukar, Ahyani Fadianur mengatakan, kapal kelotok itu karam memang terindikasi melebihi kapasitas. Hal tersebut diperparah adanya kebocoran kapal tersebut. “Sebab, kapal tenggelam pada saat truk masih maju mundur, saat masuk ke kapal. Jadi, belum sempat berlayar. Kapal masih di dermaga,” terangnya.

Menurut Ahyani, truk tersebut tak bermuatan. “Jadi, kemungkinan masalah kebocoran kapal itulah pemicu utamanya,” jelas Ahyani.

Menurut Ahyani, tak ada larangan jika feri mengangkut truk, selama bobot angkutnya tak melebihi kapasitas dan aman. Hanya, dalam mengatur bobot dan kapasitas feri ini belum ada regulasinya. Sehingga menyulitkan petugas di lapangan melakukan penertiban.

Selain itu, minimnya petugas di lapangan juga menjadi kendala dalam melakukan pengawasan terhadap kapal kelotok yang nyaris beroperasi 24 jam. “Petugas kami di lapangan tak sebanding dengan jumlah kapal,” ujarnya.

Ia mengakui, banyak kapal kelotok beroperasi tanpa izin. Dari sekitar 70 unit kapal kelotok beroperasi di kawasan ini, hanya sekitar 7 unit yang mengantongi izin. Lagi-lagi regulasi menjadi kendala penertiban.

MESTI SEGERA

Beberapa kali kapal penyeberangan di Tenggarong karam rupanya juga membuat Bupati Kukar Rita Widyasari “gemas.” Selain meningkatkan pengawasan bagi para pebisnis penyeberangan orang dan kendaraan, pembangunan jembatan baru mesti disegerakan.

Dua jembatan memang direncanakan dibangun. Pertama di lokasi runtuhnya Jembatan Kartanegara di Tenggarong, dan kedua di Loa Kulu. Untuk jembatan baru di lokasi musibah 26 November 2011 itu, Rita mengatakan positif didanai pemerintah pusat. Jembatan ini menggunakan konstruksi jembatan pelengkung atau busur.

“Kalau saya sih maunya cepat. Kalau bisa bulan depan sudah dilelang. Nah, yang melelang ini ‘kan pemerintah pusat,” tutur Rita yang baru mendarat saat ditemui di Bandara Temindung, Samarinda, Senin sore.

Rita melanjutkan kalimatnya, bahwa Pemkab Kukar memprioritaskan pembangunan jembatan di Tenggarong. “Sebenarnya, Kukar hanya membangun satu jembatan yaitu di Loa Kulu. Tetapi karena ada musibah kemarin, jadi seolah sedang membangun dua. Padahal yang satunya lagi adalah pengganti,” imbuhnya.

Untuk Loa Kulu, sambung Rita, terdapat sedikit hambatan. Direncanakan sejak 2010 lalu, desain Jembatan Loa Kulu berupa cable stayed atau suspension bridge (jembatan gantung). Persis seperti Jembatan Kartanegara yang runtuh.

“Banyak warga yang trauma dengan jembatan jenis ini. Untuk mengubah desainnya, perlu waktu yang panjang dan harus mengulang lagi,” imbuh dia. Namun begitu, Rita mengatakan telah menerima berbagai saran. Termasuk dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU). “Mereka bilang, masa’ tidak berani dengan jembatan gantung. Ini lebih kokoh,” tambahnya.

Sementara pilihan membangun pengganti di lokasi runtuhnya jembatan, kata Rita, juga sesuai saran pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Lokasi ini dipilih karena jalan yang sudah tersedia dan beberapa bagian jembatan yang bisa digunakan lagi.

Sebelumnya, Pemkab Kukar menyiapkan Rp 100 miliar untuk jembatan Loa Kulu. Anggaran itu rencananya direvisi. “Dari Rp 100 miliar, dibagi untuk jembatan Loa Kulu Rp 75 miliar dan sisanya untuk jembatan pengganti di Tenggarong. Yang Rp 25 miliar sebagai dana awal pembangunan yang dibiayai pusat,” tambah dia.

Jika pembangunan jembatan di Tenggarong telah digaransi APBN, APBD Kukar tahun depan difokuskan untuk Jembatan Loa Kulu. “Kami meminta bantuan provinsi untuk jalannya saja,” jelas dia.

Soal tenggelamnya penyeberangan kemarin, Rita menegaskan, Pemkab telah membuat aturan sehubungan keselamatan penumpang. “Saya segera menanyakan hal ini kepada Dinas Perhubungan,” terangnya ketika disinggung apakah ada pemeriksaan terhadap kondisi kapal penyeberangan.

Sejak runtuhnya jembatan, bisnis penyeberangan juga menjamur. Bupati menyatakan, mengganti semua kerugian materi dari peristiwa kemarin. Dia mengimbau semua pengusaha penyeberangan menyediakan sehari dalam seminggu memeriksa kapal mereka.

“Memang permintaannya tinggi sekali. Saya sendiri sering naik kapal jika harus pergi atau pulang dari Samarinda pada malam hari. Saya selalu di luar mobil saat menyeberang atau setidaknya membuka jendela,” terang Rita. Dia berharap, kejadian ini tak terulang lagi.

Peristiwa kemarin juga mendapat perhatian Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. “Saya menyayangkan kejadian ini yang berulang kali. Harus dicek kelayakan kapal-kapal penyeberangan dan itu tugas Pemkab Kukar,” sebutnya.

Faroek juga menyinggung pembangunan jembatan di Tenggarong yang sangat diperlukan. “Jika Pemkab meminta bantuan provinsi, tentu kami sangat mempertimbangkannya,” tutup dia. (*/qi/*/adw/kri/fel/zal)

Sumber :http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=132385

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright PKS Samarinda Ulu 2012 | Design by PKS TEMPLATE | Powered by Blogger.com.