BERITA TERKINI :
Berita Terbaru
Berita Terhangat
DPD PKS Samarinda
Fiqh & Syariah
Keluarga Sakinah
Kiprah DPC Samarinda Ulu
DPRD Provinsi KALTIM
Tausiyah dari Ustadz Kita
Opini Kiriman Pembaca
Kolom Kesehatan ( Akh Haris )
3/24/2012
Sejak awal bergulirnya rencana kenaikan BBM hingga keputusan untuk menaikkan harga BBM awal April depan, PKS dengan tegas menolak rencana kenaikan harga BBM. Hal ini yang menyebabkan PKS menjadi ramai di perbincangan di berbagai media cetak dan elektronik. PKS menilai kebijakan menaikkan harga BBM hanya akan menambah kesengsaraan rakyat, padahal pemerintah masih sangat mungkin mengambil kebijakan lain. Pemerintah mempunyai amanah sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Ketua DPD PKS Samarinda,H.Sarwono,SP.MM saat di tanya pendapatnya soal ini mengatakan “PKS menganggap kenaikan harga BBM Bersubsidi belum tentu menjadi solusi terbaik bagi persoalan APBN 2012. Untuk itu, Fraksi PKS memberikan solusi guna mengatasi tekanan anggaran akibat membengkaknya subsidi BBM. Kami DPD PKS Samarinda sependapat dengan sikap DPP PKS yang dengan Tegas menolak kenaikan BBM serta memberikan solusi untuk mengatasi hal ini”.
Menurut Sarwono solusi pertama yang ditawarkan Partainya untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM yaitu tidak menaikkan harga BBM. PKS, kata Sarwono, berpandangan bahwa ketika harga BBM dinaikkan, maka anggaran subsidi BBM dalam RAPBNP akan membutuhkan tambahan sekitar Rp60 triliun. Namun dengan tidak ada kenaikan harga BBM maka tentunya tidak ada dana untuk kompensasi sebesar Rp 25 triliun dalam RAPBNP 2012, sehingga kekurangan dana dalam RAPBNP menjadi sebesar Rp 35 Triliun.
“Untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 35 triliun tersebut diambil jalan yang tidak mengubah postur belanja dan penerimaan RAPBNP 2012, yaitu menambah defisit 0,41% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga defisit seluruhnya akan menjadi sebesar Rp225,1 triliun atau 2,64% dari PDB. Rasio defisit ini naik 0,41% (Rp 35 triliun) dari rencana dalam RAPBNP 2012 sebesar 2,23% (Rp 190,1 triliun) tetapi masih dibawah batas yang dibolehkan Undang-undang sebesar 3% dari PDB,”
Alternatif lain untuk menutupi kekurangan dana tersebut adalah dengan sedikit mengubah postur RAPBNP 2012 dengan mempertahankan penerimaan pajak sebesar Rp1.032 Triliun seperti target dalam APBN 2012, mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang mencapai Rp96,6 Triliun serta melakukan penghematan terhadap belanja barang dan pegawai.
“Belum dinaikkan saja, harga-harga kebutuhan bahan pokok sudah ada yang naik di beberapa Pasar di Samarinda. Menurutnya, antisipasi kenaikan harga minyak dunia yang terus merangkak naik bisa dilakukan dua tahun lalu. Namun,karena manajemen fiskal pemerintah tidak berpihak pada masyarakat, seolah-olah pemerintah tidak memiliki opsi lain. Padahal, kenaikan harga BBM dinilai sama saja mengalihkan beban ke masyarakat,dan tentunya imbasnya akan ke daerah juga”Tegas Sarwono.
“Masih ada cara lain yang bisa dilakukan pemerintah tanpa menghapus subsidi BBM seperti menghentikan pemborosan dalam anggaran pemerintah. "Kebocoran anggaran masih besar sampai sekarang. Sebenarnya masih banyak yang di lakukan. Bisa mengaduk-aduk subsidi lain. Kami DPD PKS Samarinda beserta Ketua-Ketua DPC telah lama mengambil sikap tegas menolak jika opsi terakhir dari Pemerintah adalah menaikkan harga BBM, jelas ini akan sangat memberatkan masyarakat Samarinda khususnya menengah ke bawah.
Jika karena hal ini PKS di keluarkan dari koalisi, Kami anggap itulah konsekwensi dari penjuangan membawa aspirasi Konstituen dan rakyat banyak. Pragmatisme itu bukan gaya berpolitik PKS. Bahkan Kami pun tidak mempersoalkan hilangnya satu kursi Menteri PKS akibat bersuara lantang pada Pemerintah. Dari dulu PKS sudah berkoalisi dengan Rakyat, dan saat ini atas nama Rakyat Kami menolak kenaikan Harga BBM.” Pungkas Sarwono.
DPD PKS Samarinda Tegas Tolak Kenaikan Harga BBM
24/03/12
Sejak awal bergulirnya rencana kenaikan BBM hingga keputusan untuk menaikkan harga BBM awal April depan, PKS dengan tegas menolak rencana kenaikan harga BBM. Hal ini yang menyebabkan PKS menjadi ramai di perbincangan di berbagai media cetak dan elektronik. PKS menilai kebijakan menaikkan harga BBM hanya akan menambah kesengsaraan rakyat, padahal pemerintah masih sangat mungkin mengambil kebijakan lain. Pemerintah mempunyai amanah sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Ketua DPD PKS Samarinda,H.Sarwono,SP.MM saat di tanya pendapatnya soal ini mengatakan “PKS menganggap kenaikan harga BBM Bersubsidi belum tentu menjadi solusi terbaik bagi persoalan APBN 2012. Untuk itu, Fraksi PKS memberikan solusi guna mengatasi tekanan anggaran akibat membengkaknya subsidi BBM. Kami DPD PKS Samarinda sependapat dengan sikap DPP PKS yang dengan Tegas menolak kenaikan BBM serta memberikan solusi untuk mengatasi hal ini”.
Menurut Sarwono solusi pertama yang ditawarkan Partainya untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM yaitu tidak menaikkan harga BBM. PKS, kata Sarwono, berpandangan bahwa ketika harga BBM dinaikkan, maka anggaran subsidi BBM dalam RAPBNP akan membutuhkan tambahan sekitar Rp60 triliun. Namun dengan tidak ada kenaikan harga BBM maka tentunya tidak ada dana untuk kompensasi sebesar Rp 25 triliun dalam RAPBNP 2012, sehingga kekurangan dana dalam RAPBNP menjadi sebesar Rp 35 Triliun.
“Untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 35 triliun tersebut diambil jalan yang tidak mengubah postur belanja dan penerimaan RAPBNP 2012, yaitu menambah defisit 0,41% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga defisit seluruhnya akan menjadi sebesar Rp225,1 triliun atau 2,64% dari PDB. Rasio defisit ini naik 0,41% (Rp 35 triliun) dari rencana dalam RAPBNP 2012 sebesar 2,23% (Rp 190,1 triliun) tetapi masih dibawah batas yang dibolehkan Undang-undang sebesar 3% dari PDB,”
Alternatif lain untuk menutupi kekurangan dana tersebut adalah dengan sedikit mengubah postur RAPBNP 2012 dengan mempertahankan penerimaan pajak sebesar Rp1.032 Triliun seperti target dalam APBN 2012, mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang mencapai Rp96,6 Triliun serta melakukan penghematan terhadap belanja barang dan pegawai.
“Belum dinaikkan saja, harga-harga kebutuhan bahan pokok sudah ada yang naik di beberapa Pasar di Samarinda. Menurutnya, antisipasi kenaikan harga minyak dunia yang terus merangkak naik bisa dilakukan dua tahun lalu. Namun,karena manajemen fiskal pemerintah tidak berpihak pada masyarakat, seolah-olah pemerintah tidak memiliki opsi lain. Padahal, kenaikan harga BBM dinilai sama saja mengalihkan beban ke masyarakat,dan tentunya imbasnya akan ke daerah juga”Tegas Sarwono.
“Masih ada cara lain yang bisa dilakukan pemerintah tanpa menghapus subsidi BBM seperti menghentikan pemborosan dalam anggaran pemerintah. "Kebocoran anggaran masih besar sampai sekarang. Sebenarnya masih banyak yang di lakukan. Bisa mengaduk-aduk subsidi lain. Kami DPD PKS Samarinda beserta Ketua-Ketua DPC telah lama mengambil sikap tegas menolak jika opsi terakhir dari Pemerintah adalah menaikkan harga BBM, jelas ini akan sangat memberatkan masyarakat Samarinda khususnya menengah ke bawah.
Jika karena hal ini PKS di keluarkan dari koalisi, Kami anggap itulah konsekwensi dari penjuangan membawa aspirasi Konstituen dan rakyat banyak. Pragmatisme itu bukan gaya berpolitik PKS. Bahkan Kami pun tidak mempersoalkan hilangnya satu kursi Menteri PKS akibat bersuara lantang pada Pemerintah. Dari dulu PKS sudah berkoalisi dengan Rakyat, dan saat ini atas nama Rakyat Kami menolak kenaikan Harga BBM.” Pungkas Sarwono.
3/24/2012
Dalam Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menafsir ayat ini dengan menuliskan, “Allah memuliakan para penyeru kebenaran”. Ya, Allah memberikan pujian kepada para penyeru kebenaran, kepada sesiapa yang berani mengambil ‘tugas berat’ yang bahkan bila ‘tugas’ ini diberikan kepada sebuah gunung maka robohlah gunung tersebut menjadi serpihan-serpihan. Seperti yang tertulis dalam surah Al Hasyr ayat 21.
“Kalau sekiranya Kami turunkan al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya akan engkau lihatlah gunung itu tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah; dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami perbuat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al Hasyr : 21)
Ya, tugas berat itulah dakwah, menjadi seorang penyeru kebenaran. Seorang warasatul anbiya’, pewaris nabi. Jika kita ingati, bahwa Ali Ibn Abi Thalib pernah berpesan bahwa para nabi tidak meninggalkan waris berupa dinar dan dirham tetapi warisan para nabi dan rasul adalah ilmu. Kita ingati juga bahwa Abu Hurairah pernah menghardik beberapa orang lebih tersibukkan di pasar-pasar, sementara warisan nabi tengah dibagi-bagi di masjid. Namun mereka tetap abai.
“Kami tidak melihat adanya pembagian apapun, kecuali beberapa orang tengah mengkaji Al Qur’an dan Hadits serta diskusi tentang halal haram” tutur salah seorang dari mereka.
“Bodoh kalian! Itulah warisan Rasulullah!” hardik Abu Hurairah. Bukan sekedar mengilmui, namun ada sebuah tanggung jawab untuk mendakwahkan, menyebarkannya. Karena ilmu nan tertimbun dan tidak pernah di dakwahkan, hanya akan membuat pemiliknya menjadi fasiq tanpa sadar dan terkemudian keraslah hatinya seperti yang diungkapkan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i.
Mengingat beratnya tugas sebagai seorang penyeru. Sebagai seorang da’i. Maka setelah bi’tsah nubuwah, wahyu pertama yang diterima sang nabi, hingga beliau menggigil. Malaikat jibril atas titah Tuhannya, kembali menyampaikan wahyu kepada beliau, “ Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam hari (untuk shalat)….” (Al Muzzamil 1-2).
Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban, menjelaskan dalam kitabnya Manhaj Haraki, shalat malam atau qiyyamul lail diwajibkan ketika itu –awal periode dakwah terbuka dengan merahasiakan struktur gerakan, jahri’atud da’wah wa sirriyatu at tanzhim-, sebagai sebuah daurah tadribiyah ‘anifah pelatihan intensif yang keras untuk komitmen dan taat kepada Allah. Hikmahnya adalah ketika pada masa itu, dakwah mulai masuk pada periode terbuka dan mulai mendapatkan gesekan-gesekan horizontal juga tekanan dari masyarakat musyrikin Quraisy. Maka diperlukanlah “asupan energi” yang mampu meneguhkan mereka ketika itu, dan energi itu tidak lain adalah energi spiritual, keterhubungan dengan Dzat nan Maha Kuat.
“Sesungguhnya kami akan menurunkan sebuah ‘qaulan tsaqila’ perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat mengisi jiwa dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya pada suang hari engakau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.” (Al Muzzamil 5-7)
Dakwah: Fardhu ‘Ain atau Fardhu Kifayah?
Perkataan yang berat, tanggung jawab yang besar namun tetap saja tidak boleh di tinggalkan. “ Dan Hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran :104).
Kata “ummat” dalam kamus Al Munawwir bermakna arrajulu aljami’u lil khair ( laki-laki yang ada pada panya terhimpun kebajikan), man huwa ‘alal haq (orang yang menapaki kebenaran), asy-sya’bu wal jumhur (rakyat, masyarkat atau bangsa). Atau sekelompok orang yang memiliki karakteristik senantiasa melakukan dakwah ( yad’u ilal khair, menyeru kepada kebaikan) amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir “min” dalam frasa “waltakun minkum” bermakna sebagai min bayaniyah yakni sebagai penjelasan bukan tab’idhiyyah atau batasan. Maka tentang ayat ini menjelaskan bahwa dakwah adalah tanggung jawab yang merupakan kewajiban setiap individu muslim. Sementara Ar Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna “min” pada frase diatas adalah sebagai sebuah bentuk pembatasan ( Tab’idhiyyah) alasan ini dikuatkan dengan adanya sekelompok ummat yang tidak mampu-mampu menegakkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maka perintah berdakwah ini hanya berlaku kepada golongan ulama yang mengetahui yang baik ( al khair). Jika demikian hukum berdakwah menjadi fardhu kifayah. Bila telah ada sekelompok orang yang melakukannya maka gugur kewajiban kita. Mana yang lebih baik? Saya cenderung kepada yang pertama yaitu pendapat Ibnu Katsir. Sepertinya halnya mengucap salam atau shalat jenazah yang dihukumi fardhu kifayah, tentulah seorang yang mempelopori terlebih dahulu akan beroleh pahala yang lebih besar daripada yang mengikuti. Karena hidup adalah perlombaan kebajikan, fastabiqul khairat, maka mengambil kesempatan untuk menjadi yang pertama pasti menjadi sebuah keniscayaan. Terlebih ini adalah dakwah, penyeru kebenaran. Dan Allah memuji para pelaku-pelaku dakwah dengan “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah?” (Fushshilat : 33).
Tafaqquh fi Din, Nutrisi Dakwah
Jika dipuji manusia saja sudah mampu membuat bangga, apalagi jika pujian itu datang dari Pencipta Manusia. Tentulah sebuah prestasi yang tak ternilai dan sangat membanggakan. Lalu sekarang jika dakwah adalah sebuah kewajiban, dan setiap kita wajib untuk menyampaikan. Logikanya adalah bila seseorang tidak mempunyai sesuatu maka dia tidak akan mampu memberikan sesuatu. Maka jika kita telah mengambil dakwah sebagai sebuah pilihan hidup yang harus ditempuh maka mau tidak mau dia membutuhkan asupan-asupan materi untuk dikeluarkan. Asupan-asupan ilmu untuk didakwahkan. Dan disinilah peran tafaqquh fiid diin. Memperdalam pengetahuan agama, bahakan kedudukan taffaquh fid din disejajarkan dengan wajibnya berjihad. Bahkan termasuk ke dalam bentuk jihad.
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ( ke medan perang ). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah : 122)
Ibnu katsir meriwayatkan dari Ikrimah, perihal asbabun nuzul ayat ini. Yaitu setelah turun, “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang , niscaya Allah akan menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,” ( QS At Taubah : 39), yang berkenaan dengan perang tabuk. Lalu orang-orang munafiq berkomentar tentang beberapa shabat nabi yang tetap tinggal di kampung untuk mengajari kaumnya tentang perkara-perkara agama, “Sungguh binasa orang-orang yang tidak turut dan berangkat perang bersama Muhammad.” Lalu turunlah ayat ini. (Ibnu Katsir III/65)
Berdakwah dengan Cara Sedehana
Terkadang yang namanya manusia, meski telah diberitakan tentang keutamaan-keutamaan sebuah perkara. Tetap saja ada keengganan dan kemalasan untuk mengambil perkara tersebut dengan ribuan bahkan jutaan alasan. Terlebih jika perkara itu adalah menyangkut tentang dakwah yang kemudian harus mensyaratkan tafaqquh fid din sebagai penyuplai asupan ilmu dan materi dakwah. Tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk belajar, merasa masih belum berilmu, dan ribuan alasan sebagai pengalih tanggung jawab. Namun sebuah nasihat bijak yang layak kita perhatikan, sukses seseorang mampu terrengkuh meski dihadapnya terhadang sejuta aral, namun gagal seseorang bisa tergenggam hanya dengan sebuah alasan. Maka ada pepatah arab yang “Man Jadda wa jada”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya. Ini adalah sunnatullah yang berlaku bagi manusia.
“Walladzinna jahaadu fiina lanahdiyannahum subulana, barang siapa yang bersungguh-sungguh mencari keridhoan KAMI niscaya akan KAMI tunjuki jalan-jalan kami.” ( QS. Al Ankabut : 69 )
Sebuah hikmah mengapa kisah para nabi terdahulu yang terrekam dalam Al Quran adalah kebanyakan kisah tentang nabi Musa ketika berhadapan dengan Fir’aun. Ini adalah sebuah motivasi robbani kepada Rasulullah agar tetap teguh dan istiqamah. Jika dibandingkan Nabi Muhammad memiliki keunggulan-keunggulan dari berbagai hal diatas Nabi Musa. Rasulullah berasal dari kabilah yang terbaik dan cukup disegani di dalam suku Quraisy, Bani Hasyim yang di pandegani sebagai pengurus makanan jam’ah haji. Beliau pernah tinggal di perkampunagn Bani Sa’adah bersama ibu susunya , Halimah. Bani Sa’adah adalah kabilah yang memiliki Bahasa Arab paling fasih dan paling halus, beliau juga di gelari Al Amin yang terpercaya sebelum bi’tsah nubuwah nya, tidak memiliki catatan buruk di masyarakat Quraisy.
Sementara Nabi Musa, beliau harus merelakan dihanyutkan agar terhindar dari pembunuhan Fir’aun, sehingga tidak mengetahui nasabnya, beliau dalah seorang lisannya kurang fasih karen cadel – dalam sebuah riwayat, Nabi Musa pernah diuji oleh Fir’aun untuk memilih bara api atau intan, bila ia seorang nabi tentulah memilih intan dan harus terbunuh saat itu. Atas ijin Allah, beliau memilih bara api dan memasukkanny dalam mulut, sehingg lidahnya menjadi luka dan bicaranya menjadi cadel- maka beliau mengajarkan doa, “Rabbisy rahli shadri wa yasirli amri wahlul uqdatan min lisaani, Rabb lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku, dan bukalah simpul di lisanku..”,
Beliau juga pernah memiliki catatan kriminal –secara tidak sengaja memukul seorang lelaki Mesir hingga tewas dalam perkelahian-. Maka dari berbagai keunggulan yang dimiliki Rasulullah juga keunggulan yang kita miliki, agar termotivasi untuk tidak mudah menyerah oleh keadaan. Bahwa Nabi Musa yang diuji dengan keadaan yang sangat pahit pun mampu melalui tugas kenabiannya dengan sukses. Maka tugas da’i yang yang hanya mewarisi para nabi tidaklah sesukar tugas nabawi. Maka bila kita menyerah, tentulah kualitas diri kita sebagai ummat terbaik dipertanyakan.
“Walladzinna jahaadu fiina lanahdiyannahum subulana, barang siapa yang bersungguh-sungguh mencari keridhoan KAMI niscaya akan KAMI tunjuki jalan-jalan kami.” ( QS. Al Ankabut : 69)
Baiklah sekarang kita kembali ke pokok bahasan. Tentang berdakwah, terkadang bisa dilakukan juga dengan cara yang sangat mudah. Silakan membuka mushaf, pada surah Yasin ayat ke 20. Di sana terdapat kisah tentang seorang lelaki yang datang dari ujung kota yang berkata “yaaa qaumittaabi’ul mursaliin, wahai kaumku, ikutilah para utusan-utusan itu.”
Para muffasirin berpendapat, pria ini bernama Habib An Najjar. Hanya dengan ajakan untuk mengikuti para rasul, hanya dengan kalimat yang singkat, Habib An Najjar beroleh sebuah sanjung puji dari Allah.
“Katakanlah (kepadanya) ‘masuklah ke surga’ Dia ( laki-laki itu –Habib An Najjar-) berkata ‘Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahuinya.’” (QS Yasin : 25)
Belajar dari kisah Habib An Najjar, menunjukkan bahwa berdakwah pun bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan mudah. Hanya dengan mengajak.
Maka berdakwah tak perlu harus menanti diri setenar ustadz solmed, bahkan bisa juga menjadi ustadz SosMed ( Sosial Media), berdakwah dengan media blog, Twitter, Facebook, dsb. Yang terpenting adalah ketika sesuatu itu dikeluarkan dari hati maka akan bertempat di hati dan bila hanya manis kata retorika hanya berhenti pada telinga kemudian terlupa, ma kharaja minnal qalbi mahalluhul qulub wa ma kharaja minnal lisaan mahalluhul adzan, seperti yang diungkapkan oleh imam Hasan Al Bashri.. Wallahua’alam bishawab.
Oleh : Ardhianto Murcahya, S.Psi. Solo
http://www.fimadani.com/saudaraku-sudahkah-kita-berdakwah/
Saudaraku Sudahkah Kita Berdakwah?
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah?” firman Allah dalam surah Fushshilat ayat ke 33.
Dalam Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menafsir ayat ini dengan menuliskan, “Allah memuliakan para penyeru kebenaran”. Ya, Allah memberikan pujian kepada para penyeru kebenaran, kepada sesiapa yang berani mengambil ‘tugas berat’ yang bahkan bila ‘tugas’ ini diberikan kepada sebuah gunung maka robohlah gunung tersebut menjadi serpihan-serpihan. Seperti yang tertulis dalam surah Al Hasyr ayat 21.
“Kalau sekiranya Kami turunkan al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya akan engkau lihatlah gunung itu tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah; dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami perbuat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al Hasyr : 21)
Ya, tugas berat itulah dakwah, menjadi seorang penyeru kebenaran. Seorang warasatul anbiya’, pewaris nabi. Jika kita ingati, bahwa Ali Ibn Abi Thalib pernah berpesan bahwa para nabi tidak meninggalkan waris berupa dinar dan dirham tetapi warisan para nabi dan rasul adalah ilmu. Kita ingati juga bahwa Abu Hurairah pernah menghardik beberapa orang lebih tersibukkan di pasar-pasar, sementara warisan nabi tengah dibagi-bagi di masjid. Namun mereka tetap abai.
“Kami tidak melihat adanya pembagian apapun, kecuali beberapa orang tengah mengkaji Al Qur’an dan Hadits serta diskusi tentang halal haram” tutur salah seorang dari mereka.
“Bodoh kalian! Itulah warisan Rasulullah!” hardik Abu Hurairah. Bukan sekedar mengilmui, namun ada sebuah tanggung jawab untuk mendakwahkan, menyebarkannya. Karena ilmu nan tertimbun dan tidak pernah di dakwahkan, hanya akan membuat pemiliknya menjadi fasiq tanpa sadar dan terkemudian keraslah hatinya seperti yang diungkapkan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i.
Mengingat beratnya tugas sebagai seorang penyeru. Sebagai seorang da’i. Maka setelah bi’tsah nubuwah, wahyu pertama yang diterima sang nabi, hingga beliau menggigil. Malaikat jibril atas titah Tuhannya, kembali menyampaikan wahyu kepada beliau, “ Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam hari (untuk shalat)….” (Al Muzzamil 1-2).
Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban, menjelaskan dalam kitabnya Manhaj Haraki, shalat malam atau qiyyamul lail diwajibkan ketika itu –awal periode dakwah terbuka dengan merahasiakan struktur gerakan, jahri’atud da’wah wa sirriyatu at tanzhim-, sebagai sebuah daurah tadribiyah ‘anifah pelatihan intensif yang keras untuk komitmen dan taat kepada Allah. Hikmahnya adalah ketika pada masa itu, dakwah mulai masuk pada periode terbuka dan mulai mendapatkan gesekan-gesekan horizontal juga tekanan dari masyarakat musyrikin Quraisy. Maka diperlukanlah “asupan energi” yang mampu meneguhkan mereka ketika itu, dan energi itu tidak lain adalah energi spiritual, keterhubungan dengan Dzat nan Maha Kuat.
“Sesungguhnya kami akan menurunkan sebuah ‘qaulan tsaqila’ perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat mengisi jiwa dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya pada suang hari engakau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.” (Al Muzzamil 5-7)
Dakwah: Fardhu ‘Ain atau Fardhu Kifayah?
Perkataan yang berat, tanggung jawab yang besar namun tetap saja tidak boleh di tinggalkan. “ Dan Hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran :104).
Kata “ummat” dalam kamus Al Munawwir bermakna arrajulu aljami’u lil khair ( laki-laki yang ada pada panya terhimpun kebajikan), man huwa ‘alal haq (orang yang menapaki kebenaran), asy-sya’bu wal jumhur (rakyat, masyarkat atau bangsa). Atau sekelompok orang yang memiliki karakteristik senantiasa melakukan dakwah ( yad’u ilal khair, menyeru kepada kebaikan) amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir “min” dalam frasa “waltakun minkum” bermakna sebagai min bayaniyah yakni sebagai penjelasan bukan tab’idhiyyah atau batasan. Maka tentang ayat ini menjelaskan bahwa dakwah adalah tanggung jawab yang merupakan kewajiban setiap individu muslim. Sementara Ar Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna “min” pada frase diatas adalah sebagai sebuah bentuk pembatasan ( Tab’idhiyyah) alasan ini dikuatkan dengan adanya sekelompok ummat yang tidak mampu-mampu menegakkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maka perintah berdakwah ini hanya berlaku kepada golongan ulama yang mengetahui yang baik ( al khair). Jika demikian hukum berdakwah menjadi fardhu kifayah. Bila telah ada sekelompok orang yang melakukannya maka gugur kewajiban kita. Mana yang lebih baik? Saya cenderung kepada yang pertama yaitu pendapat Ibnu Katsir. Sepertinya halnya mengucap salam atau shalat jenazah yang dihukumi fardhu kifayah, tentulah seorang yang mempelopori terlebih dahulu akan beroleh pahala yang lebih besar daripada yang mengikuti. Karena hidup adalah perlombaan kebajikan, fastabiqul khairat, maka mengambil kesempatan untuk menjadi yang pertama pasti menjadi sebuah keniscayaan. Terlebih ini adalah dakwah, penyeru kebenaran. Dan Allah memuji para pelaku-pelaku dakwah dengan “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah?” (Fushshilat : 33).
Tafaqquh fi Din, Nutrisi Dakwah
Jika dipuji manusia saja sudah mampu membuat bangga, apalagi jika pujian itu datang dari Pencipta Manusia. Tentulah sebuah prestasi yang tak ternilai dan sangat membanggakan. Lalu sekarang jika dakwah adalah sebuah kewajiban, dan setiap kita wajib untuk menyampaikan. Logikanya adalah bila seseorang tidak mempunyai sesuatu maka dia tidak akan mampu memberikan sesuatu. Maka jika kita telah mengambil dakwah sebagai sebuah pilihan hidup yang harus ditempuh maka mau tidak mau dia membutuhkan asupan-asupan materi untuk dikeluarkan. Asupan-asupan ilmu untuk didakwahkan. Dan disinilah peran tafaqquh fiid diin. Memperdalam pengetahuan agama, bahakan kedudukan taffaquh fid din disejajarkan dengan wajibnya berjihad. Bahkan termasuk ke dalam bentuk jihad.
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ( ke medan perang ). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah : 122)
Ibnu katsir meriwayatkan dari Ikrimah, perihal asbabun nuzul ayat ini. Yaitu setelah turun, “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang , niscaya Allah akan menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,” ( QS At Taubah : 39), yang berkenaan dengan perang tabuk. Lalu orang-orang munafiq berkomentar tentang beberapa shabat nabi yang tetap tinggal di kampung untuk mengajari kaumnya tentang perkara-perkara agama, “Sungguh binasa orang-orang yang tidak turut dan berangkat perang bersama Muhammad.” Lalu turunlah ayat ini. (Ibnu Katsir III/65)
Berdakwah dengan Cara Sedehana
Terkadang yang namanya manusia, meski telah diberitakan tentang keutamaan-keutamaan sebuah perkara. Tetap saja ada keengganan dan kemalasan untuk mengambil perkara tersebut dengan ribuan bahkan jutaan alasan. Terlebih jika perkara itu adalah menyangkut tentang dakwah yang kemudian harus mensyaratkan tafaqquh fid din sebagai penyuplai asupan ilmu dan materi dakwah. Tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk belajar, merasa masih belum berilmu, dan ribuan alasan sebagai pengalih tanggung jawab. Namun sebuah nasihat bijak yang layak kita perhatikan, sukses seseorang mampu terrengkuh meski dihadapnya terhadang sejuta aral, namun gagal seseorang bisa tergenggam hanya dengan sebuah alasan. Maka ada pepatah arab yang “Man Jadda wa jada”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya. Ini adalah sunnatullah yang berlaku bagi manusia.
“Walladzinna jahaadu fiina lanahdiyannahum subulana, barang siapa yang bersungguh-sungguh mencari keridhoan KAMI niscaya akan KAMI tunjuki jalan-jalan kami.” ( QS. Al Ankabut : 69 )
Sebuah hikmah mengapa kisah para nabi terdahulu yang terrekam dalam Al Quran adalah kebanyakan kisah tentang nabi Musa ketika berhadapan dengan Fir’aun. Ini adalah sebuah motivasi robbani kepada Rasulullah agar tetap teguh dan istiqamah. Jika dibandingkan Nabi Muhammad memiliki keunggulan-keunggulan dari berbagai hal diatas Nabi Musa. Rasulullah berasal dari kabilah yang terbaik dan cukup disegani di dalam suku Quraisy, Bani Hasyim yang di pandegani sebagai pengurus makanan jam’ah haji. Beliau pernah tinggal di perkampunagn Bani Sa’adah bersama ibu susunya , Halimah. Bani Sa’adah adalah kabilah yang memiliki Bahasa Arab paling fasih dan paling halus, beliau juga di gelari Al Amin yang terpercaya sebelum bi’tsah nubuwah nya, tidak memiliki catatan buruk di masyarakat Quraisy.
Sementara Nabi Musa, beliau harus merelakan dihanyutkan agar terhindar dari pembunuhan Fir’aun, sehingga tidak mengetahui nasabnya, beliau dalah seorang lisannya kurang fasih karen cadel – dalam sebuah riwayat, Nabi Musa pernah diuji oleh Fir’aun untuk memilih bara api atau intan, bila ia seorang nabi tentulah memilih intan dan harus terbunuh saat itu. Atas ijin Allah, beliau memilih bara api dan memasukkanny dalam mulut, sehingg lidahnya menjadi luka dan bicaranya menjadi cadel- maka beliau mengajarkan doa, “Rabbisy rahli shadri wa yasirli amri wahlul uqdatan min lisaani, Rabb lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku, dan bukalah simpul di lisanku..”,
Beliau juga pernah memiliki catatan kriminal –secara tidak sengaja memukul seorang lelaki Mesir hingga tewas dalam perkelahian-. Maka dari berbagai keunggulan yang dimiliki Rasulullah juga keunggulan yang kita miliki, agar termotivasi untuk tidak mudah menyerah oleh keadaan. Bahwa Nabi Musa yang diuji dengan keadaan yang sangat pahit pun mampu melalui tugas kenabiannya dengan sukses. Maka tugas da’i yang yang hanya mewarisi para nabi tidaklah sesukar tugas nabawi. Maka bila kita menyerah, tentulah kualitas diri kita sebagai ummat terbaik dipertanyakan.
“Walladzinna jahaadu fiina lanahdiyannahum subulana, barang siapa yang bersungguh-sungguh mencari keridhoan KAMI niscaya akan KAMI tunjuki jalan-jalan kami.” ( QS. Al Ankabut : 69)
Baiklah sekarang kita kembali ke pokok bahasan. Tentang berdakwah, terkadang bisa dilakukan juga dengan cara yang sangat mudah. Silakan membuka mushaf, pada surah Yasin ayat ke 20. Di sana terdapat kisah tentang seorang lelaki yang datang dari ujung kota yang berkata “yaaa qaumittaabi’ul mursaliin, wahai kaumku, ikutilah para utusan-utusan itu.”
Para muffasirin berpendapat, pria ini bernama Habib An Najjar. Hanya dengan ajakan untuk mengikuti para rasul, hanya dengan kalimat yang singkat, Habib An Najjar beroleh sebuah sanjung puji dari Allah.
“Katakanlah (kepadanya) ‘masuklah ke surga’ Dia ( laki-laki itu –Habib An Najjar-) berkata ‘Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahuinya.’” (QS Yasin : 25)
Belajar dari kisah Habib An Najjar, menunjukkan bahwa berdakwah pun bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan mudah. Hanya dengan mengajak.
“Yuk, ikut kajian !”
“Yuk, berangkat mentoring!”
“Yuk, shalat dhuha!”
“ Yuk, shalat! Udah adzan Zhuhur.”
Serta berbagai ajakan kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar.
Maka berdakwah tak perlu harus menanti diri setenar ustadz solmed, bahkan bisa juga menjadi ustadz SosMed ( Sosial Media), berdakwah dengan media blog, Twitter, Facebook, dsb. Yang terpenting adalah ketika sesuatu itu dikeluarkan dari hati maka akan bertempat di hati dan bila hanya manis kata retorika hanya berhenti pada telinga kemudian terlupa, ma kharaja minnal qalbi mahalluhul qulub wa ma kharaja minnal lisaan mahalluhul adzan, seperti yang diungkapkan oleh imam Hasan Al Bashri.. Wallahua’alam bishawab.
Oleh : Ardhianto Murcahya, S.Psi. Solo
http://www.fimadani.com/saudaraku-sudahkah-kita-berdakwah/
3/23/2012
Saat melihat teduh wajahnya dalam jasadnya yang terbujur kaku, mataku pun membasah. Betapa aku iri melihatnya, meskipun aku tak mengenalnya dengan baik. Hanya lewat cerita sekilas-sekilas dari kakaknya, Yuli, yang setiap pekan datang mengaji ke rumahku. Abduh yang juga sering mengantarkan Yuli kesana kemari, cukup kuhafal wajahnya, meski aku belum pernah berbicara dengannya. Tapi aku tahu, dia, Abduh, adalah orang yang baik.
Maka, tak salah jika salah satu sahabatnya pun, bercerita dengan pilu, tentang kesehaerian Abduh, juga tentang detik-detik terakhirnya. Pak Lutfi, tetangga Abduh, yang juga sesama orang tua murid dari anak-anak kami, bercerita:
* * *
20 Maret 2012 pukul 03.30 dini hari. Saat itu aku sudah terjaga, dan sedang mengerjakan sesuatu yang sementara ini menjadi jalan ma’isyahku di depan laptopku. Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk shalat malam beberapa rakaat saja. Aku bekerja di atas tempat tidur ditemani isteriku yg sedang berbaring di sebelahku sambil menjaga anak bungsuku dari ‘serangan’ nyamuk.
Tiba-tiba terdengar dering esia istriku. Isteriku meraih esia-nya dan menjawab salam dari seberang telepon. Mendengar permulaan dialog, aku segera mengenali bahwa yang menelepon adalah mbak Yuli. Aku memang selalu memanggil akhwat yang sudah dewasa, yang sebaya dan dibawah usiaku, dengan menambahkan panggilan ‘mbak’ di depan namanya, tidak lain untuk rasa hormat dan penghargaan kepada seorang perempuan. Isteriku memanggil mbak Yuli dengan sebutan ‘teteh’ tanpa nama di depannya – jadi seperti adik memanggil kepada kakaknya. Sementara mbak Yuli memanggil isteriku dengan sebutan Bunda, panggilan anak-anakku pada isteriku. Usianya sebaya dengan isteriku, tetapi karena ikatan persaudaraan yang sangat erat, mereka saling memanggil dengan panggilan keakraban dan kasih sayang.
Tiba-tiba isteriku sedikit terkejut, “Kenapa Abduh teh..?”
Aku tidak lagi mendengar sahutan dari mbak Yuli di seberang telepon, tetapi yang jelas setelahnya isteriku meminta tolong untuk segera diantarkan berangkat ke rumah Yuli dan keluarganya. Aku segera bergegas, menghentikan pekerjaanku dan membawa apa yg kuingat untuk dibawa.
Aku dan isteri segera berkendara menuju rumah Yuli di Villa Pamulang. Sambil bertanya-tanya dalam hati.. “Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi dengan Abduh?”
Aku karena panik malah sempat lupa mengarahkan motor kemana arah rumah mbak Yuli.
Sedang dalam perjalanan, esia-pun berdering lagi. Isteriku menjawab sambil memandu memberi pertolongan pertama sebatas pengetahuan isteriku. Kebetulan, isteriku pernah bekerja di sebuah klinik kesehatan alternatif, jadi sedikit banyak tahu beberapa hal tentang tindakan pertolongan pertama. Lalu berdering lagi, mbak Yuli menanyakan, “Sudah sampai dimana?”
“Sudah dekat”, jawab isteriku, “Sudah di mesjid teh..” lanjutnya.
Sedikit panik, aku pun mempercepat laju motor dan saat tiba, mbak Yuli sudah menunggu di mulut blok Villa di mana rumahnya berada.
Aku dan isteri segera masuk ke kamar di mana Abduh tidur. Terlihat dia sedang (seperti) tidur. Isteriku langsung memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya. Kemudian memeriksa denyut di lehernya. Tiba-tiba isteriku menangis.
“Bagaimana Bunda..?”, tanyaku.
“Denyut nadinya tidak teraba ayah..”
Aku pun memegang badannya, masih terasa hangat dan berkeringat.
Berharap masih bernyawa dan mendapat pertolongan, segera dini hari itu aku meminta pada Iqbal, adik mbak Yuli, kakaknya Abduh, untuk segera membawa ke rumah sakit terdekat. Yang paling dekat adalah RS Sari Asih. Dengan motor aku mendahului mereka menuju RS Sari Asih. Meminta pada security perumahan membuka portal. Dan sesampai di rumah sakit segera meminta pada petugas mempersiapkan kamar darurat. Semua keluarga, mbak Yuli, Iqbal dan Mama bersama ke rumah sakit. Isteriku tinggal di rumah menjaga dua anak kecil mbak Yuli yang masih terlelap.
Sesampainya dalam kamar di ruang darurat (IGD), dilakukan tindakan dengan membuat nafas bantuan dan menekan rongga dadanya. Dan ternyata Abduh memang sudah meninggal sejak di rumah, di tempat tidurnya. Innalillahi wainna ilaihi rooji’un.
Menurut Iqbal, sekitar lewat jam tiga itu, dia terbangun oleh deringan jam. Dan ketika terbangun sekonyong-konyong melihat Abduh sedikit kejang. Bola matanya mengarah ke atas sebentar lalu ke arah bawah kembali. Iqbal dan mbak Yuli segera mencoba membangunkan, tapi tidak bangun juga, hingga akhirnya menghubungi kami.
Baru setelahnya kami menyadari, bahwa saat itu-lah Izrail sebenarnya sedang mencabut nyawanya. Mencabutnya adalah pada saat-saat Abduh terbiasa bangun pada jam itu untuk shalat malam.
Dan memang ketika malam itu Abduh pulang ke rumah hampir jam 12 malam, sebelum beranjak istirahat, terlebih dahulu sempat berpesan pada Ibunya untuk dibangunkan jam tiga guna shalat malam. Sang ibu-pun mengiyakan. Karena kasih sayang ibu, sang ibu berniat membangunkan sedikit lewat dari jam tiga untuk memberi waktu agak lama untuk Abduh beristirahat, karena pulangnya juga sudah larut.
Ternyata Allah SWT menentukan lain. Jam dimana Abduh terbiasa terbangun untuk shalat malam menghadap Rabb-nya, saat itu ternyata menjadi saat di mana dia menghadap Rabb-nya lebih dekat.. lebih dekat dari biasanya.
Mbak Yuli memang tegar. Walaupun ada kesedihan di hati, tidak terdengar tangisnya. Bicaranya pun terlihat sangat tenang. Aku tahu, hal itu karena dia harus menenangkan ibunya setelah sebelumnya memberitahu tentang meninggalnya Abduh. Setelah berkoordinasi secara kilat tentang dipulangkan kemana jenazah almarhum, akhirnya diambil keputusan untuk disemayamkan di komplek Peruri, tempat tinggal saudaranya. Tempat yang juga sudah menjadi tempat tinggal bagi mereka.
Saat itu baru saja subuh. Dengan sisa sedikit pulsa, aku memberitahu isteri dan meminta pada isteriku untuk menghubungi dua orang teman di markas untuk datang di rumah duka di Peruri, agar bisa mempersiapkan segala sesuatunya bersama keluarga di Peruri.
Pak Kusnadi menunggu kedatangan jenazah, berkoordinasi dengan keluarga sambil memberitakan duka ini kepada lainnya. Pak Mukhlis segera menghubungi Amil dan membeli bahan-bahan yang diperlukan dalam penyelenggaraan jenazah. Aku sendiri kembali ke rumah mbak Yuli di Villa Pamulang untuk menjemput isteriku dan anak-anak mbak Yuli. Menyiapkan pakaian ganti dan semua perlengkapan yang kira-kira diperlukan untuk mbak Yuli, Iqbal, anak-anak dan ibunya untuk dibawa ke Peruri.
Bersamaan dengan kedatanganku di rumah mbak Yuli, saat itu datang juga Eka, seorang teman dari markas juga. Eka memang diminta datang oleh isteriku subuh itu juga, karena isteriku mengira aku langsung ke Peruri dan tidak menjemputnya.
Sesampainya dekat rumah sakit, ternyata mbak Yuli dan keluarga masih berada di sana. Akhirnya kami tidak langsung ke Peruri, dan segera masuk ke halaman rumah sakit. Akhirnya ambulance yang membawa jenazah almarhum-pun siap berangkat. Anak-anak bersama ibu, Iqbal dan Eka bersama mobil menuju Peruri. Mbak Yuli dan isteriku ke Peruri dengan Ambulance. Aku sendiri pergi dengan motor. Karena kunci motor terbawa isteri, aku berkendara dengan motor Eka. Untungnya, kunci motornya belum kuserahkan padanya saat tiba di rumah sakit, karena untuk naik angkutan umum, sepeser uang-pun tidak terbawa olehku karena begitu bergegasnya, sehingga terlupakan.
Tiba di Peruri, aku menunggu bersama pak Kusnadi. Ketika jenazah almarhum tiba, pecahlah tangis sanak saudara. Tetangga dan teman yang berdatangan-pun terlihat berduka, nampak terkejut dan tidak percaya. Usianya baru 27 tahun. Tidak sakit apapun. Tidak ada riwayat sakit jantung, bahkan dari riwayat keluarganya sekalipun. Bahkan malam itu, sebelum tiba di Villa pamulang, Abduh menyempatkan diri ke Peruri, karena memang juga sudah menjadi tempat tinggalnya sejak lama. Sempat berbincang-bincang dan shalat Isya’ berjamaah di masjid Al-Ikhwan di depan rumahnya. Sampai jam 23 malam masih menyempatkan diri membantu salah seorang ikhwah menyelesaikan sebuah tugas, sebelum akhirnya pergi pulang.
Silih berganti warga dan kerabat berdatangan untuk takziah. Aku melihat kedatangan mereka sambil mengenalinya di hati. Tentu saja, sangat banyak dari mereka yang merasa ditinggal. Abduh yang dikenalinya selama ini adalah orang yang mudah dimintai tolong. Hampir tidak pernah mengelak ketika diminta bantuan. Selalu bersikap baik dengan semua orang. Tidak pernah membicarakan aib orang lain. Ketika bercanda, hanya seperlunya dan sewajarnya. Tidak pernah melibatkan diri dalam perdebatan yg dapat menimbulkan permusuhan. Kami-pun di markas, juga mengenali beliau sebagai kader yang selalu siaga ditempatkan dimana saja. Mungkin Abduh bukan siapa-siapa dalam struktur jamaah dakwah ini. Tetapi tanpa keterlibatannya, bisa jadi agak terasa kesulitan dalam merealisasikan agenda. Oleh karenanya, biasanya dalam kepanitiaan biasa dimasukkan dalam seksi pembantu umum ataupun akomodasi dan transportasi.
Aku dan keluarga seringkali juga meminta beliau mendampingi dan mengantar kami menjenguk anak pertama kami di sebuah boarding school di Subang. Sehingga, kami memiliki kesan yang mendalam tentangnya.
Bila waktunya mengantar kami ke Subang, selalu dia menyempatkan berhenti di rest area. Aku tahu, hal itu tidak dilakukan untuk semata-mata mengisi bahan bakar, tetapi alasan sebenarnya adalah agar bisa terlebih dulu menjalankan shalat dhuha. Aku memang selalu meminta diantar pagi-pagi hari, agar masih terbilang pagi saat sampai di Subang. Saat-saat menunggu kami sekeluarga-pun, tidak terlepas dengan mushaf yang selalu dibawanya.
Sepanjang pengetahuanku, aku mengenalinya sebagai orang yang selalu menjaga dhuha, shalat malam, al-ma’tsurat dan tilawahnya. Kami juga mengenalinya sebagai orang yang sayang dan hormat dengan kakak dan saudara-saudaranya. Selalu mengiyakan nasehat kakaknya. Terlebih kepada ibunya. Bahkan suatu ketika, ketika terasa sakit dan tidak merasa kuat untuk meneruskan puasa ayyamul bidh-nya, Abduh masih menyempatkan diri menghubungi ibunya meminta ijin lebih dulu untuk berbuka dan membatalkan puasanya.
Sambil mengenali satu-persatu kerabat yang datang takziah, begitulan kesan dan kabar kebaikan Abduh ‘bercerita’ dalam pikiran dan hatiku. Sampai akhirnya mataku teralihkan oleh kedatangan akhwat. Berdua. Yang satu berusia paruh baya. Yang satu masih muda dan cantik. Akhwat ini menangis. Sempat tidak kuasa melangkah mendekati jenazah almarhum. Akhwat yang satu yang rupanya adalah murabbinya, mengajaknya untuk mendekat dan melihat. Semakin pecah tangisnya. Aku bertanya-tanya, “Ini siapa..? Kenapa terlihat begitu sedih dan terpukul..?”
Sedari tadi, kesedihan di hati hanya membuat mataku sesekali berkaca-kaca. Kaca itu semakin menebal ketika kemudian aku mengetahui bahwa akhwat ini adalah calon yang rencananya menjadi pendamping hidup almarhum. Dan akhirnya, bendungan itu tidak bisa kutahan lagi. Air mataku mulai menyudut dan mengalir, saat melihat drama sang akhwat menangis tersedu-sedu sambil berpelukan dengan mbak Yuli, kakak Abduh. Berpelukan sangat erat dan lama. Erat dan lama. Eratt sekali. Lamma sekali.
Dan aku memandangi adegan itu. Rupanya, almarhum sedang menjalani proses ta’aruf dengan akhwat tersebut, dan sedang berlanjut dalam proses khitbah.
Dari Murabbinya Abduh, aku mengetahui ternyata Abduh sudah yang ke empat kalinya menjalani proses ta’aruf. Bahkan dari kakaknya, mbak Yuli, kami mengetahui dan pernah diminta bantuannya saat beranjak akan berangkat meminang dan akhirnya tiba-tiba batal justru sehari dari rencana datang meminang akhwat tersebut (pada proses sebelumnya). Sampai saat ini aku belum mengerti alasan akhwat itu tiba-tiba membatalkannya. Dan dengan akhwat yang sekarang, adalah proses ta’aruf yang keempat, setelah tiga sebelumnya gagal.
Sekilas, mengenal akhwat yang sebelumnya tidak saya kenali tersebut, memang terlihat pantas sebenarnya jika pada akhirnya berjodoh. Kecantikan yang sempurna dan terlihat shalihah.
Tapi rupanya Allah SWT lebih menyukai almarhum. Semoga akhwat ini mendapat ganti yang sepadan atau bahkan mungkin yang lebih baik, dan mudah-mudahan menjadi hikmah yang sangat besar baginya bahwa jodoh hanya di tangan Yang Maha Kuasa, bukan di tangan kita. Dan semoga menjadi ujian yang kesabaran dan keikhlasannya menjadikan akhwat ini menjadi penghuni surga.
(Ya, sempat kujabat dan kupeluk akhwat itu. Mengajaknya bicara pelan-pelan, meski kami baru kenal. Sangat kupahami rasa terpukul dan sedihnya, karena proses pernikahan, ah, tepatnya proses khitbah yang sebentar lagi, harus batal, bukan karena digagalkan, tapi karena calon mempelai laki-laki mendadak meninggal. Rabbi.. terbayang perih rasanya. Kuusap bahunya pelan, dan kusarankan agar ia membaca Qur’an dengan perlahan, agar hatinya lebih tenang-red)
Saat aku mengantarkan jenazah dari rumah sakit menuju rumah duka, mbak Yuli sempat bercerita kepada isteriku hikmah di balik gagalnya proses ta’aruf adiknya. Mbak Yuli merasa, mungkin ini adalah hikmah di balik semua kegagalan itu. Dan dalam tangisnya yang akhirnya pecah saat di ambulance bersama isteriku, mbak Yuli mengakhiri curahan hatinya dengan harapan dan merasa yakin sekali bahwa memang Abduh hanya untuk bidadari di surga, bukan untuk yang lainnya.
Aku sendiri berdoa di akhir tulisan ini, walaupun Abduh terpaut cukup jauh usianya di bawahku. Aku memohon kepada Allah SWT agar diberi kemampuan dan kesempatan meneladani seluruh kebaikan Abduh. Bagaimana mungkin aku tidak butuh meminta seperti itu, sedangkan bidadari di surga-pun cemburu karenanya..?
* * *
Dan aku selalu cemburu, pada orang sukses sepertimu, dek.
Yang senantiasa menabung amal sholeh, hingga pancaran wajah saat akhir hayatmu..
Begitu tenang, begitu damai, seperti tidur..
Selamat jalan dek Abduh, kami semua menyaksikan bahwa kau lelaki sholeh.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.
Ya Rabb, mampukan kami agar dapat menjadi orang sukses saat menghadapMu, seperti saudaraku ini.
Pamulang & Ciputat, 22 Maret 2012. Tulisan kolaborasi dengan pak Lutfi
Sumber : http://www.fimadani.com/bahkan-bidadari-pun-cemburu-karenanya/
Bahkan Bidadaripun Cemburu Karenanya
23/03/12
Dia yang tak pernah lepas dari sholat malam, tilawah, dan ma’tsurat pagi petang, lalu sangat mendadak dipanggil tanpa tanda, dengan ucapan akhir ketauhidan.
Dia yang menghabiskan hari-harinya untuk dakwah, hingga semalam jam 23.00 masih di luar rumah untuk dakwah.
Dia yang hampir tidak pernah menolak jika dimintai bantuan, selalu ringan tangan membantu sesiapa.
Dia yang di akhir-akhir hidupnya selalu berdoa sangat panjang di tiap usai sholat, hingga pernah ditanya kawan,”Kenapa?’
Dia yang setiap pergi kemana pun menyempatkan berhenti sejenak, hatta untuk sholat dhuha, “berhenti dulu ya teh,.. kita dhuha dulu”
Dia yang sebentar lagi akan meminang seorang muslimah, ternyata memilih menjemput bidadari surga.
Saat melihat teduh wajahnya dalam jasadnya yang terbujur kaku, mataku pun membasah. Betapa aku iri melihatnya, meskipun aku tak mengenalnya dengan baik. Hanya lewat cerita sekilas-sekilas dari kakaknya, Yuli, yang setiap pekan datang mengaji ke rumahku. Abduh yang juga sering mengantarkan Yuli kesana kemari, cukup kuhafal wajahnya, meski aku belum pernah berbicara dengannya. Tapi aku tahu, dia, Abduh, adalah orang yang baik.
Maka, tak salah jika salah satu sahabatnya pun, bercerita dengan pilu, tentang kesehaerian Abduh, juga tentang detik-detik terakhirnya. Pak Lutfi, tetangga Abduh, yang juga sesama orang tua murid dari anak-anak kami, bercerita:
* * *
20 Maret 2012 pukul 03.30 dini hari. Saat itu aku sudah terjaga, dan sedang mengerjakan sesuatu yang sementara ini menjadi jalan ma’isyahku di depan laptopku. Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk shalat malam beberapa rakaat saja. Aku bekerja di atas tempat tidur ditemani isteriku yg sedang berbaring di sebelahku sambil menjaga anak bungsuku dari ‘serangan’ nyamuk.
Tiba-tiba terdengar dering esia istriku. Isteriku meraih esia-nya dan menjawab salam dari seberang telepon. Mendengar permulaan dialog, aku segera mengenali bahwa yang menelepon adalah mbak Yuli. Aku memang selalu memanggil akhwat yang sudah dewasa, yang sebaya dan dibawah usiaku, dengan menambahkan panggilan ‘mbak’ di depan namanya, tidak lain untuk rasa hormat dan penghargaan kepada seorang perempuan. Isteriku memanggil mbak Yuli dengan sebutan ‘teteh’ tanpa nama di depannya – jadi seperti adik memanggil kepada kakaknya. Sementara mbak Yuli memanggil isteriku dengan sebutan Bunda, panggilan anak-anakku pada isteriku. Usianya sebaya dengan isteriku, tetapi karena ikatan persaudaraan yang sangat erat, mereka saling memanggil dengan panggilan keakraban dan kasih sayang.
Tiba-tiba isteriku sedikit terkejut, “Kenapa Abduh teh..?”
Aku tidak lagi mendengar sahutan dari mbak Yuli di seberang telepon, tetapi yang jelas setelahnya isteriku meminta tolong untuk segera diantarkan berangkat ke rumah Yuli dan keluarganya. Aku segera bergegas, menghentikan pekerjaanku dan membawa apa yg kuingat untuk dibawa.
Aku dan isteri segera berkendara menuju rumah Yuli di Villa Pamulang. Sambil bertanya-tanya dalam hati.. “Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi dengan Abduh?”
Aku karena panik malah sempat lupa mengarahkan motor kemana arah rumah mbak Yuli.
Sedang dalam perjalanan, esia-pun berdering lagi. Isteriku menjawab sambil memandu memberi pertolongan pertama sebatas pengetahuan isteriku. Kebetulan, isteriku pernah bekerja di sebuah klinik kesehatan alternatif, jadi sedikit banyak tahu beberapa hal tentang tindakan pertolongan pertama. Lalu berdering lagi, mbak Yuli menanyakan, “Sudah sampai dimana?”
“Sudah dekat”, jawab isteriku, “Sudah di mesjid teh..” lanjutnya.
Sedikit panik, aku pun mempercepat laju motor dan saat tiba, mbak Yuli sudah menunggu di mulut blok Villa di mana rumahnya berada.
Aku dan isteri segera masuk ke kamar di mana Abduh tidur. Terlihat dia sedang (seperti) tidur. Isteriku langsung memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya. Kemudian memeriksa denyut di lehernya. Tiba-tiba isteriku menangis.
“Bagaimana Bunda..?”, tanyaku.
“Denyut nadinya tidak teraba ayah..”
Aku pun memegang badannya, masih terasa hangat dan berkeringat.
Berharap masih bernyawa dan mendapat pertolongan, segera dini hari itu aku meminta pada Iqbal, adik mbak Yuli, kakaknya Abduh, untuk segera membawa ke rumah sakit terdekat. Yang paling dekat adalah RS Sari Asih. Dengan motor aku mendahului mereka menuju RS Sari Asih. Meminta pada security perumahan membuka portal. Dan sesampai di rumah sakit segera meminta pada petugas mempersiapkan kamar darurat. Semua keluarga, mbak Yuli, Iqbal dan Mama bersama ke rumah sakit. Isteriku tinggal di rumah menjaga dua anak kecil mbak Yuli yang masih terlelap.
Sesampainya dalam kamar di ruang darurat (IGD), dilakukan tindakan dengan membuat nafas bantuan dan menekan rongga dadanya. Dan ternyata Abduh memang sudah meninggal sejak di rumah, di tempat tidurnya. Innalillahi wainna ilaihi rooji’un.
Menurut Iqbal, sekitar lewat jam tiga itu, dia terbangun oleh deringan jam. Dan ketika terbangun sekonyong-konyong melihat Abduh sedikit kejang. Bola matanya mengarah ke atas sebentar lalu ke arah bawah kembali. Iqbal dan mbak Yuli segera mencoba membangunkan, tapi tidak bangun juga, hingga akhirnya menghubungi kami.
Baru setelahnya kami menyadari, bahwa saat itu-lah Izrail sebenarnya sedang mencabut nyawanya. Mencabutnya adalah pada saat-saat Abduh terbiasa bangun pada jam itu untuk shalat malam.
Dan memang ketika malam itu Abduh pulang ke rumah hampir jam 12 malam, sebelum beranjak istirahat, terlebih dahulu sempat berpesan pada Ibunya untuk dibangunkan jam tiga guna shalat malam. Sang ibu-pun mengiyakan. Karena kasih sayang ibu, sang ibu berniat membangunkan sedikit lewat dari jam tiga untuk memberi waktu agak lama untuk Abduh beristirahat, karena pulangnya juga sudah larut.
Ternyata Allah SWT menentukan lain. Jam dimana Abduh terbiasa terbangun untuk shalat malam menghadap Rabb-nya, saat itu ternyata menjadi saat di mana dia menghadap Rabb-nya lebih dekat.. lebih dekat dari biasanya.
Mbak Yuli memang tegar. Walaupun ada kesedihan di hati, tidak terdengar tangisnya. Bicaranya pun terlihat sangat tenang. Aku tahu, hal itu karena dia harus menenangkan ibunya setelah sebelumnya memberitahu tentang meninggalnya Abduh. Setelah berkoordinasi secara kilat tentang dipulangkan kemana jenazah almarhum, akhirnya diambil keputusan untuk disemayamkan di komplek Peruri, tempat tinggal saudaranya. Tempat yang juga sudah menjadi tempat tinggal bagi mereka.
Saat itu baru saja subuh. Dengan sisa sedikit pulsa, aku memberitahu isteri dan meminta pada isteriku untuk menghubungi dua orang teman di markas untuk datang di rumah duka di Peruri, agar bisa mempersiapkan segala sesuatunya bersama keluarga di Peruri.
Pak Kusnadi menunggu kedatangan jenazah, berkoordinasi dengan keluarga sambil memberitakan duka ini kepada lainnya. Pak Mukhlis segera menghubungi Amil dan membeli bahan-bahan yang diperlukan dalam penyelenggaraan jenazah. Aku sendiri kembali ke rumah mbak Yuli di Villa Pamulang untuk menjemput isteriku dan anak-anak mbak Yuli. Menyiapkan pakaian ganti dan semua perlengkapan yang kira-kira diperlukan untuk mbak Yuli, Iqbal, anak-anak dan ibunya untuk dibawa ke Peruri.
Bersamaan dengan kedatanganku di rumah mbak Yuli, saat itu datang juga Eka, seorang teman dari markas juga. Eka memang diminta datang oleh isteriku subuh itu juga, karena isteriku mengira aku langsung ke Peruri dan tidak menjemputnya.
Sesampainya dekat rumah sakit, ternyata mbak Yuli dan keluarga masih berada di sana. Akhirnya kami tidak langsung ke Peruri, dan segera masuk ke halaman rumah sakit. Akhirnya ambulance yang membawa jenazah almarhum-pun siap berangkat. Anak-anak bersama ibu, Iqbal dan Eka bersama mobil menuju Peruri. Mbak Yuli dan isteriku ke Peruri dengan Ambulance. Aku sendiri pergi dengan motor. Karena kunci motor terbawa isteri, aku berkendara dengan motor Eka. Untungnya, kunci motornya belum kuserahkan padanya saat tiba di rumah sakit, karena untuk naik angkutan umum, sepeser uang-pun tidak terbawa olehku karena begitu bergegasnya, sehingga terlupakan.
Tiba di Peruri, aku menunggu bersama pak Kusnadi. Ketika jenazah almarhum tiba, pecahlah tangis sanak saudara. Tetangga dan teman yang berdatangan-pun terlihat berduka, nampak terkejut dan tidak percaya. Usianya baru 27 tahun. Tidak sakit apapun. Tidak ada riwayat sakit jantung, bahkan dari riwayat keluarganya sekalipun. Bahkan malam itu, sebelum tiba di Villa pamulang, Abduh menyempatkan diri ke Peruri, karena memang juga sudah menjadi tempat tinggalnya sejak lama. Sempat berbincang-bincang dan shalat Isya’ berjamaah di masjid Al-Ikhwan di depan rumahnya. Sampai jam 23 malam masih menyempatkan diri membantu salah seorang ikhwah menyelesaikan sebuah tugas, sebelum akhirnya pergi pulang.
Silih berganti warga dan kerabat berdatangan untuk takziah. Aku melihat kedatangan mereka sambil mengenalinya di hati. Tentu saja, sangat banyak dari mereka yang merasa ditinggal. Abduh yang dikenalinya selama ini adalah orang yang mudah dimintai tolong. Hampir tidak pernah mengelak ketika diminta bantuan. Selalu bersikap baik dengan semua orang. Tidak pernah membicarakan aib orang lain. Ketika bercanda, hanya seperlunya dan sewajarnya. Tidak pernah melibatkan diri dalam perdebatan yg dapat menimbulkan permusuhan. Kami-pun di markas, juga mengenali beliau sebagai kader yang selalu siaga ditempatkan dimana saja. Mungkin Abduh bukan siapa-siapa dalam struktur jamaah dakwah ini. Tetapi tanpa keterlibatannya, bisa jadi agak terasa kesulitan dalam merealisasikan agenda. Oleh karenanya, biasanya dalam kepanitiaan biasa dimasukkan dalam seksi pembantu umum ataupun akomodasi dan transportasi.
Aku dan keluarga seringkali juga meminta beliau mendampingi dan mengantar kami menjenguk anak pertama kami di sebuah boarding school di Subang. Sehingga, kami memiliki kesan yang mendalam tentangnya.
Bila waktunya mengantar kami ke Subang, selalu dia menyempatkan berhenti di rest area. Aku tahu, hal itu tidak dilakukan untuk semata-mata mengisi bahan bakar, tetapi alasan sebenarnya adalah agar bisa terlebih dulu menjalankan shalat dhuha. Aku memang selalu meminta diantar pagi-pagi hari, agar masih terbilang pagi saat sampai di Subang. Saat-saat menunggu kami sekeluarga-pun, tidak terlepas dengan mushaf yang selalu dibawanya.
Sepanjang pengetahuanku, aku mengenalinya sebagai orang yang selalu menjaga dhuha, shalat malam, al-ma’tsurat dan tilawahnya. Kami juga mengenalinya sebagai orang yang sayang dan hormat dengan kakak dan saudara-saudaranya. Selalu mengiyakan nasehat kakaknya. Terlebih kepada ibunya. Bahkan suatu ketika, ketika terasa sakit dan tidak merasa kuat untuk meneruskan puasa ayyamul bidh-nya, Abduh masih menyempatkan diri menghubungi ibunya meminta ijin lebih dulu untuk berbuka dan membatalkan puasanya.
Sambil mengenali satu-persatu kerabat yang datang takziah, begitulan kesan dan kabar kebaikan Abduh ‘bercerita’ dalam pikiran dan hatiku. Sampai akhirnya mataku teralihkan oleh kedatangan akhwat. Berdua. Yang satu berusia paruh baya. Yang satu masih muda dan cantik. Akhwat ini menangis. Sempat tidak kuasa melangkah mendekati jenazah almarhum. Akhwat yang satu yang rupanya adalah murabbinya, mengajaknya untuk mendekat dan melihat. Semakin pecah tangisnya. Aku bertanya-tanya, “Ini siapa..? Kenapa terlihat begitu sedih dan terpukul..?”
Sedari tadi, kesedihan di hati hanya membuat mataku sesekali berkaca-kaca. Kaca itu semakin menebal ketika kemudian aku mengetahui bahwa akhwat ini adalah calon yang rencananya menjadi pendamping hidup almarhum. Dan akhirnya, bendungan itu tidak bisa kutahan lagi. Air mataku mulai menyudut dan mengalir, saat melihat drama sang akhwat menangis tersedu-sedu sambil berpelukan dengan mbak Yuli, kakak Abduh. Berpelukan sangat erat dan lama. Erat dan lama. Eratt sekali. Lamma sekali.
Dan aku memandangi adegan itu. Rupanya, almarhum sedang menjalani proses ta’aruf dengan akhwat tersebut, dan sedang berlanjut dalam proses khitbah.
Dari Murabbinya Abduh, aku mengetahui ternyata Abduh sudah yang ke empat kalinya menjalani proses ta’aruf. Bahkan dari kakaknya, mbak Yuli, kami mengetahui dan pernah diminta bantuannya saat beranjak akan berangkat meminang dan akhirnya tiba-tiba batal justru sehari dari rencana datang meminang akhwat tersebut (pada proses sebelumnya). Sampai saat ini aku belum mengerti alasan akhwat itu tiba-tiba membatalkannya. Dan dengan akhwat yang sekarang, adalah proses ta’aruf yang keempat, setelah tiga sebelumnya gagal.
Sekilas, mengenal akhwat yang sebelumnya tidak saya kenali tersebut, memang terlihat pantas sebenarnya jika pada akhirnya berjodoh. Kecantikan yang sempurna dan terlihat shalihah.
Tapi rupanya Allah SWT lebih menyukai almarhum. Semoga akhwat ini mendapat ganti yang sepadan atau bahkan mungkin yang lebih baik, dan mudah-mudahan menjadi hikmah yang sangat besar baginya bahwa jodoh hanya di tangan Yang Maha Kuasa, bukan di tangan kita. Dan semoga menjadi ujian yang kesabaran dan keikhlasannya menjadikan akhwat ini menjadi penghuni surga.
(Ya, sempat kujabat dan kupeluk akhwat itu. Mengajaknya bicara pelan-pelan, meski kami baru kenal. Sangat kupahami rasa terpukul dan sedihnya, karena proses pernikahan, ah, tepatnya proses khitbah yang sebentar lagi, harus batal, bukan karena digagalkan, tapi karena calon mempelai laki-laki mendadak meninggal. Rabbi.. terbayang perih rasanya. Kuusap bahunya pelan, dan kusarankan agar ia membaca Qur’an dengan perlahan, agar hatinya lebih tenang-red)
Saat aku mengantarkan jenazah dari rumah sakit menuju rumah duka, mbak Yuli sempat bercerita kepada isteriku hikmah di balik gagalnya proses ta’aruf adiknya. Mbak Yuli merasa, mungkin ini adalah hikmah di balik semua kegagalan itu. Dan dalam tangisnya yang akhirnya pecah saat di ambulance bersama isteriku, mbak Yuli mengakhiri curahan hatinya dengan harapan dan merasa yakin sekali bahwa memang Abduh hanya untuk bidadari di surga, bukan untuk yang lainnya.
Aku sendiri berdoa di akhir tulisan ini, walaupun Abduh terpaut cukup jauh usianya di bawahku. Aku memohon kepada Allah SWT agar diberi kemampuan dan kesempatan meneladani seluruh kebaikan Abduh. Bagaimana mungkin aku tidak butuh meminta seperti itu, sedangkan bidadari di surga-pun cemburu karenanya..?
* * *
Dan aku selalu cemburu, pada orang sukses sepertimu, dek.
Yang senantiasa menabung amal sholeh, hingga pancaran wajah saat akhir hayatmu..
Begitu tenang, begitu damai, seperti tidur..
Selamat jalan dek Abduh, kami semua menyaksikan bahwa kau lelaki sholeh.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.
Ya Rabb, mampukan kami agar dapat menjadi orang sukses saat menghadapMu, seperti saudaraku ini.
Pamulang & Ciputat, 22 Maret 2012. Tulisan kolaborasi dengan pak Lutfi
Sumber : http://www.fimadani.com/bahkan-bidadari-pun-cemburu-karenanya/
3/22/2012
Sabtu itu terasa kelabu dalam hidupku
Engkau mendahului meninggalkanku
Mendahuluiku untuk menjalani fase kehidupan baru
Kehidupan baru seorang mujahid untuk bertemu Kekasihmu…
Aku berusaha tegar menghadapi semua itu
Kusimpan dalam-dalam tangis dan sedihku
Tapi tetap aku tak sanggup dan lepas dalam haru biru…`
Sekarang tinggal kenangan
Lebih dua puluh tahun kita berteman
Suka dan duka kita lewati dengan penuh kesan
Hal yang tidak pernah kulupakan
Kesungguhanmu dalam memikirkan segala urusan…
Keteguhanmu mengalahkan gunung yang tertancap kuat di bumi
Kekuatan azammu mengalahkan kuatnya biji besi yang menjadi baja
Ketulusanmu mengalahkan tiupan angin dengan segala kelembutan dan kekuatannya
Panjangnya amalmu mengalahkan panjangnya aliran air yang mengalir dari mata air di gunung hinggga ke samudra lautan…
Pohon yang kau tanam dua puluh tahun yang lalu
Kini sudah mulai berbunga, mekar dan harum
Sudah memulai berbuah memberi manfaat bagi ummat dan masyarakat…
Pohon itu tidak akan pernah mati
Dia akan terus memberi manfaat
Dan akan menjadi buah bagi orang lain di dunia dan menjadi kiriman bagimu di akhirat…
Saudaraku Nurhuda
Sesuai dengan namamu
Kau selalu menjadi cahaya bagi sesama
Dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus…
Engkau bagai Matahari yang selalu memberi cahaya kebenaran
Bagai bulan yang menerangi dengan kelembutan
Bagai embun yang tak henti meneteskan air
Bagai api yang tak henti menyala…
Kau telah membawa cahaya dan petunjuk
Aku dan semua saudaramu akan menyimpan baik-baik cahaya itu
Dan akan kami tebarkan ke penjuru dunia
Untuk menerangi yang gelap…
Sekarang kami tahu
Bahwa kau sedang tersenyum bersama Kekasihmu…Rasulullah…
Tersenyum melihat bunga dan buah yang kau tanam
Tersenyumlah selalu
Sampai aku menyusulmu dengan senyum pula…
By Hadi Mulyadi
Garuda, Bpn-Jkt, 31 Januari 2012
"CAHAYA YANG TERSENYUM". Puisi curahan hati Ustad Hadi Mulyadi untuk Ustadz Nurhuda (Almarhum).
22/03/12
Sabtu itu terasa kelabu dalam hidupku
Engkau mendahului meninggalkanku
Mendahuluiku untuk menjalani fase kehidupan baru
Kehidupan baru seorang mujahid untuk bertemu Kekasihmu…
Aku berusaha tegar menghadapi semua itu
Kusimpan dalam-dalam tangis dan sedihku
Tapi tetap aku tak sanggup dan lepas dalam haru biru…`
Sekarang tinggal kenangan
Lebih dua puluh tahun kita berteman
Suka dan duka kita lewati dengan penuh kesan
Hal yang tidak pernah kulupakan
Kesungguhanmu dalam memikirkan segala urusan…
Keteguhanmu mengalahkan gunung yang tertancap kuat di bumi
Kekuatan azammu mengalahkan kuatnya biji besi yang menjadi baja
Ketulusanmu mengalahkan tiupan angin dengan segala kelembutan dan kekuatannya
Panjangnya amalmu mengalahkan panjangnya aliran air yang mengalir dari mata air di gunung hinggga ke samudra lautan…
Pohon yang kau tanam dua puluh tahun yang lalu
Kini sudah mulai berbunga, mekar dan harum
Sudah memulai berbuah memberi manfaat bagi ummat dan masyarakat…
Pohon itu tidak akan pernah mati
Dia akan terus memberi manfaat
Dan akan menjadi buah bagi orang lain di dunia dan menjadi kiriman bagimu di akhirat…
Saudaraku Nurhuda
Sesuai dengan namamu
Kau selalu menjadi cahaya bagi sesama
Dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus…
Engkau bagai Matahari yang selalu memberi cahaya kebenaran
Bagai bulan yang menerangi dengan kelembutan
Bagai embun yang tak henti meneteskan air
Bagai api yang tak henti menyala…
Kau telah membawa cahaya dan petunjuk
Aku dan semua saudaramu akan menyimpan baik-baik cahaya itu
Dan akan kami tebarkan ke penjuru dunia
Untuk menerangi yang gelap…
Sekarang kami tahu
Bahwa kau sedang tersenyum bersama Kekasihmu…Rasulullah…
Tersenyum melihat bunga dan buah yang kau tanam
Tersenyumlah selalu
Sampai aku menyusulmu dengan senyum pula…
By Hadi Mulyadi
Garuda, Bpn-Jkt, 31 Januari 2012
3/22/2012
TRIBUNNEWS.COM - PKS menganggap kenaikan harga BBM Bersubsidi belum tentu menjadi solusi terbaik bagi persoalan APBN 2012. Untuk itu, Fraksi PKS menawarkan 3 solusi guna mengatasi tekanan anggaran akibat membengkaknya subsidi BBM.
Sekretaris FPKS DPR RI KH Abdul Hakim, mengatakan, solusi pertama yang ditawarkan fraksinya untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM yaitu tidak menaikkan harga BBM.
Fraksi PKS, kata Hakim, berpandangan bahwa ketika harga BBM dinaikkan, maka anggaran subsidi BBM dalam RAPBNP akan membutuhkan tambahan sekitar Rp60 triliun. Namun dengan tidak ada kenaikan harga BBM maka tentunya tidak ada dana untuk kompensasi sebesar Rp 25 triliun dalam RAPBNP 2012, sehingga kekurangan dana dalam RAPBNP menjadi sebesar Rp 35 Triliun.
“Untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 35 triliun tersebut diambil jalan yang tidak mengubah postur belanja dan penerimaan RAPBNP 2012, yaitu menambah defisit 0,41% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga defisit seluruhnya akan menjadi sebesar Rp225,1 triliun atau 2,64% dari PDB. Rasio defisit ini naik 0,41% (Rp 35 triliun) dari rencana dalam RAPBNP 2012 sebesar 2,23% (Rp 190,1 triliun) tetapi masih dibawah batas yang dibolehkan Undang-undang sebesar 3% dari PDB,” Kata Hakim dalam siaran persnya kepada Tribunnews.com, Kamis(22/3/2012).
Alternatif lain untuk menutupi kekurangan dana tersebut adalah dengan sedikit mengubah postur RAPBNP 2012 dengan mempertahankan penerimaan pajak sebesar Rp1.032 Triliun seperti target dalam APBN 2012, mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pemanfaatan Saldo anggaran lebih (SAL) yang mencapai Rp96,6 Triliun serta melakukan penghematan terhadap belanja barang dan pegawai.
Sebagai solusi kedua, Fraksi PKS menawarkan pemberlakukan BBM Bersubsidi dengan Dua Harga.
“Jika pemerintah ingin mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM, maka sebaiknya memilih kebijakan “pemilahan” sekaligus “pemihakan” (discriminative and affirmative policy) yaitu melalui skema BBM Bersubsidi 2 harga (dual price), yaitu Rp 6.000/liter untuk Mobil Pribadi sesuai usulan RAPBNP 2012, sementara Kendaraan Umum, Angkutan Pedesaan, Kendaraan Barang/Usaha Kecil Menengah, dan motor tetap seharga Rp 4.500/liter,” kata Hakim.
Dengan skema ini, Fraksi PKS berkeyakinan subsidi BBM akan tepat sasaran sehingga pemerintah tidak perlu lagi memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan dipolitisasi.
“Dengan pemberlakukan BBM dua harga ini, maka masyarakat yang harus menerima subsidi ‘dipastikan’ menerima haknya sejak awal, sehingga pemerintah tidak perlu memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan politisasi.” Kata politisi PKS asal Lampung itu.
Dengan skema BBM Bersubsidi 2 harga ini, kata Hakim, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 25,34 triliun. Bila kemudian ditambah dengan investasi untuk infrastruktur pengaturan ini sebesar ‘kurang’ dari Rp1,2 triliun maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,31% (Rp 26,54 triliun) sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,54% dan masih dibawah ambang batas yang diizinkan dalam peraturan perundang-undangan.
Dan jika Pemerintah tetap berkeinginan menaikan BBM Bersubsidi, maka Fraksi PKS meminta agar kenaikan BBM hanya sebesar Rp500/liter. (solusi ketiga)
“Pemerintah dapat menaikan BBM Bersubsidi dengan angka kenaikan yang minimal dalam tenggat waktu tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan kebijakan BBM Bersubsidi dua harga. BBM Bersubsidi naik sementara Rp500, sampai kemudian infrastruktur pengaturan yang sebelumnya tertunda dapat diselesaikan.” Kata Hakim.
Dengan skema ini, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan sekitar Rp 19,05 triliun. Maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,22% sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,45%. Tambahan beban subisidi tersebut dapat ditutup dengan penghematan dari penetapan subsidi listrik sebesar Rp29 triliun yang telah diputuskan oleh Menteri ESDM dan Komisi VII, Kamis, 15 Maret 2012, mempertahankan penerimaan pajak tetap seperti target dalam APBN 2012 dan optimalisasi PNBP serta pemanfaatan SAL.
*http://www.tribunnews.com/2012/03/22/fraksi-pks-tawarkan-3-solus
[Kenaikan Harga BBM] PKS Tawarkan 3 Solusi Alternatif Rasional dan Aplicated
TRIBUNNEWS.COM - PKS menganggap kenaikan harga BBM Bersubsidi belum tentu menjadi solusi terbaik bagi persoalan APBN 2012. Untuk itu, Fraksi PKS menawarkan 3 solusi guna mengatasi tekanan anggaran akibat membengkaknya subsidi BBM.
Sekretaris FPKS DPR RI KH Abdul Hakim, mengatakan, solusi pertama yang ditawarkan fraksinya untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM yaitu tidak menaikkan harga BBM.
Fraksi PKS, kata Hakim, berpandangan bahwa ketika harga BBM dinaikkan, maka anggaran subsidi BBM dalam RAPBNP akan membutuhkan tambahan sekitar Rp60 triliun. Namun dengan tidak ada kenaikan harga BBM maka tentunya tidak ada dana untuk kompensasi sebesar Rp 25 triliun dalam RAPBNP 2012, sehingga kekurangan dana dalam RAPBNP menjadi sebesar Rp 35 Triliun.
“Untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 35 triliun tersebut diambil jalan yang tidak mengubah postur belanja dan penerimaan RAPBNP 2012, yaitu menambah defisit 0,41% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sehingga defisit seluruhnya akan menjadi sebesar Rp225,1 triliun atau 2,64% dari PDB. Rasio defisit ini naik 0,41% (Rp 35 triliun) dari rencana dalam RAPBNP 2012 sebesar 2,23% (Rp 190,1 triliun) tetapi masih dibawah batas yang dibolehkan Undang-undang sebesar 3% dari PDB,” Kata Hakim dalam siaran persnya kepada Tribunnews.com, Kamis(22/3/2012).
Alternatif lain untuk menutupi kekurangan dana tersebut adalah dengan sedikit mengubah postur RAPBNP 2012 dengan mempertahankan penerimaan pajak sebesar Rp1.032 Triliun seperti target dalam APBN 2012, mengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pemanfaatan Saldo anggaran lebih (SAL) yang mencapai Rp96,6 Triliun serta melakukan penghematan terhadap belanja barang dan pegawai.
Sebagai solusi kedua, Fraksi PKS menawarkan pemberlakukan BBM Bersubsidi dengan Dua Harga.
“Jika pemerintah ingin mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM, maka sebaiknya memilih kebijakan “pemilahan” sekaligus “pemihakan” (discriminative and affirmative policy) yaitu melalui skema BBM Bersubsidi 2 harga (dual price), yaitu Rp 6.000/liter untuk Mobil Pribadi sesuai usulan RAPBNP 2012, sementara Kendaraan Umum, Angkutan Pedesaan, Kendaraan Barang/Usaha Kecil Menengah, dan motor tetap seharga Rp 4.500/liter,” kata Hakim.
Dengan skema ini, Fraksi PKS berkeyakinan subsidi BBM akan tepat sasaran sehingga pemerintah tidak perlu lagi memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan dipolitisasi.
“Dengan pemberlakukan BBM dua harga ini, maka masyarakat yang harus menerima subsidi ‘dipastikan’ menerima haknya sejak awal, sehingga pemerintah tidak perlu memberikan skema kompensasi yang cenderung rumit dan berpotensi terjadi penyimpangan dan politisasi.” Kata politisi PKS asal Lampung itu.
Dengan skema BBM Bersubsidi 2 harga ini, kata Hakim, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 25,34 triliun. Bila kemudian ditambah dengan investasi untuk infrastruktur pengaturan ini sebesar ‘kurang’ dari Rp1,2 triliun maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,31% (Rp 26,54 triliun) sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,54% dan masih dibawah ambang batas yang diizinkan dalam peraturan perundang-undangan.
Dan jika Pemerintah tetap berkeinginan menaikan BBM Bersubsidi, maka Fraksi PKS meminta agar kenaikan BBM hanya sebesar Rp500/liter. (solusi ketiga)
“Pemerintah dapat menaikan BBM Bersubsidi dengan angka kenaikan yang minimal dalam tenggat waktu tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan kebijakan BBM Bersubsidi dua harga. BBM Bersubsidi naik sementara Rp500, sampai kemudian infrastruktur pengaturan yang sebelumnya tertunda dapat diselesaikan.” Kata Hakim.
Dengan skema ini, jumlah tambahan beban subsidi yang dibutuhkan sekitar Rp 19,05 triliun. Maka tambahan kenaikan defisit hanya 0,22% sehingga defisit dalam RAPBNP 2012 menjadi 2,45%. Tambahan beban subisidi tersebut dapat ditutup dengan penghematan dari penetapan subsidi listrik sebesar Rp29 triliun yang telah diputuskan oleh Menteri ESDM dan Komisi VII, Kamis, 15 Maret 2012, mempertahankan penerimaan pajak tetap seperti target dalam APBN 2012 dan optimalisasi PNBP serta pemanfaatan SAL.
*http://www.tribunnews.com/2012/03/22/fraksi-pks-tawarkan-3-solus
3/22/2012
“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya."
Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS dari seorang sahabat.
“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya. Saat engkau menangis atas perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai menghitung setiap tetes air matamu. Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan selalu ada bersamamu! Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini, Akh! Fikirkanlah tentang KONTRIBUSI yang dapat kita berikan. Semoga Allah senantiasa mencintaimu.”
Subhanallah. Hatiku bergetar membacanya. Memang, jalan dakwah adalah panjang, berliku, menanjak, dan penuh onak duri. Seperti itulah dakwah. Namun ketika kita ikhlas menjalaninya, dakwah itu akan menjadi indah. Meminjam ucapan Ustadz Rahmat Abdullah, “Seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan menarik seluruh potensi yang ada pada dirimu. Mulai dari tidurmu, sadarmu, mimpimu, gerakmu, jalanmu, bahkan diammu untuknya.”
Meniti langkah di jalan dakwah tidaklah mudah. Tidak juga sulit. Tidak mudah, karena jalan dakwah ini hanya sedikit orang yang memilihnya. Sehingga kita haruslah benar-benar ikhlas mengharapkan pertolongan serta ridha Allah dalam meniti jalan dakwah ini.
Sampaikanlah walau satu ayat. Perintah dakwah ini tentu sudah sangat sering kita dengar. Tentu saja, dakwah adalah hal yang sangat penting dalam regenerasi para muslim kita ini. Bisa dibayangkan kalau saja para sahabat enggan berdakwah setelah Rasulullah wafat, entah bagaimana kondisi kita saat ini. Nikmat islam belum tentu bisa kita rasakan seperti hembusan yang kita dapatkan ini.
Tersenyumlah menghadapi jalan dakwah ini, Saudaraku!
Ringankan bebanmu dengan senyuman. Tatap optimis masa depan dengan senyuman. Jemputlah kebahagiaan dengan senyuman. Tinggalkan kesedihan dengan senyuman. Sambut saudaramu dengan senyuman. Buat mereka bahagia dengan senyumanmu.
“Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan SENYUMAN” (HR Muslim)
Ketika kehidupan memberi kita seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita memiliki sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan di jalan dakwah ini dengan kata keikhlasan. Indahnya hidup bukanlah dari seberapa banyak orang mengenal kita. Namun seberapa bahagia orang-orang telah mengenal kita!
Buatlah saudara kita tersenyum telah mengenal kita. Ketika mereka tengah dalam risau gundah, senyummu-lah yang mengangkat mereka kembali dari keterpurukan. Ketika rekan kita di jalan panjang dakwah ini mengalami letih, senyummu-lah yang mengobatinya. Ketika rekan dakwah kita tengah goyah, senyummu-lah yang menguatkan. Betapa indah senyum itu.
Itulah mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk saling berwasiat dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kesabaran. Mengapa sabar? Karena istiqamah dalam jalan dakwah bagaikan memegang bara api. Menyakitkan dan sangat berat. Perlu penguat sesama kader dakwah untuk tetap istiqamah di jalan dakwah ini.
Tersenyumlah di jalan dakwah ini! :)
(Fathan)
Tersenyumlah di Jalan Dakwah Ini!
“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya."
Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS dari seorang sahabat.
“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi, lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya. Saat engkau menangis atas perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai menghitung setiap tetes air matamu. Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan selalu ada bersamamu! Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini, Akh! Fikirkanlah tentang KONTRIBUSI yang dapat kita berikan. Semoga Allah senantiasa mencintaimu.”
Subhanallah. Hatiku bergetar membacanya. Memang, jalan dakwah adalah panjang, berliku, menanjak, dan penuh onak duri. Seperti itulah dakwah. Namun ketika kita ikhlas menjalaninya, dakwah itu akan menjadi indah. Meminjam ucapan Ustadz Rahmat Abdullah, “Seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan menarik seluruh potensi yang ada pada dirimu. Mulai dari tidurmu, sadarmu, mimpimu, gerakmu, jalanmu, bahkan diammu untuknya.”
Meniti langkah di jalan dakwah tidaklah mudah. Tidak juga sulit. Tidak mudah, karena jalan dakwah ini hanya sedikit orang yang memilihnya. Sehingga kita haruslah benar-benar ikhlas mengharapkan pertolongan serta ridha Allah dalam meniti jalan dakwah ini.
Sampaikanlah walau satu ayat. Perintah dakwah ini tentu sudah sangat sering kita dengar. Tentu saja, dakwah adalah hal yang sangat penting dalam regenerasi para muslim kita ini. Bisa dibayangkan kalau saja para sahabat enggan berdakwah setelah Rasulullah wafat, entah bagaimana kondisi kita saat ini. Nikmat islam belum tentu bisa kita rasakan seperti hembusan yang kita dapatkan ini.
Tersenyumlah menghadapi jalan dakwah ini, Saudaraku!
Ringankan bebanmu dengan senyuman. Tatap optimis masa depan dengan senyuman. Jemputlah kebahagiaan dengan senyuman. Tinggalkan kesedihan dengan senyuman. Sambut saudaramu dengan senyuman. Buat mereka bahagia dengan senyumanmu.
“Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan SENYUMAN” (HR Muslim)
Ketika kehidupan memberi kita seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita memiliki sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan di jalan dakwah ini dengan kata keikhlasan. Indahnya hidup bukanlah dari seberapa banyak orang mengenal kita. Namun seberapa bahagia orang-orang telah mengenal kita!
Buatlah saudara kita tersenyum telah mengenal kita. Ketika mereka tengah dalam risau gundah, senyummu-lah yang mengangkat mereka kembali dari keterpurukan. Ketika rekan kita di jalan panjang dakwah ini mengalami letih, senyummu-lah yang mengobatinya. Ketika rekan dakwah kita tengah goyah, senyummu-lah yang menguatkan. Betapa indah senyum itu.
Itulah mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk saling berwasiat dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kesabaran. Mengapa sabar? Karena istiqamah dalam jalan dakwah bagaikan memegang bara api. Menyakitkan dan sangat berat. Perlu penguat sesama kader dakwah untuk tetap istiqamah di jalan dakwah ini.
Tersenyumlah di jalan dakwah ini! :)
(Fathan)
3/22/2012
[REPUBLIKA] -- Center for Indonesia Reform (CIR) memprediksi Pemilukada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran. Pada putaran kedua diprediksi akan bertarung Jokowi-Ahok dan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini. Mereka mewakili semangat populisme dan grass root versus profesionalisme dan kelas menengah.
"Ini sangat positif bagi ibu kota karena dapat mencegah anarkisme dan pragmatisme (money politics)," kata peneliti CIR, Rian Stadi, di Jakarta, Kamis (22/3).
CIR merupakan lembaga kajian strategi dan kebijakan, serta rujukan informasi untuk masalah ekonomi, politik, sosial-budaya, sains-teknologi, hukum dan hak asasi manusia (HAM). Lembaga itu didirikan pada 30 November 2001 di Jakarta.
Menurut dia peluang Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini cukup besar karena menyolidkan kembali konstituen PKS yang mencapai sedikitnya 25 persen pemilih tahun 2004, ditambah pendukung PAN yang lebih cendrung ke Rachbini. Argumentasinya, kata dia, karena calon gubernur incumbent Fauzi Bowo (Foke) mengambil cawagub dari Partai Demokrat juga (Nachrowi), yang disebutnya seperti "jeruk makan jeruk".
Ia mengemukakan bahwa berdasar survei cepat, popularitas Foke-Nara merosot drastis karena ditantang Jokowi-Ahok, yang diusung PDIP-Gerindra.
*http://www.republika.co.id//berita/menuju-jakarta-1/news/12/03/22/m19r1g-cir-prediksi-pemilukada-dki-jakarta-dua-putaran
CIR Prediksi Putaran 2 Pilkada DKI : HNW vs Jokowi
[REPUBLIKA] -- Center for Indonesia Reform (CIR) memprediksi Pemilukada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran. Pada putaran kedua diprediksi akan bertarung Jokowi-Ahok dan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini. Mereka mewakili semangat populisme dan grass root versus profesionalisme dan kelas menengah.
"Ini sangat positif bagi ibu kota karena dapat mencegah anarkisme dan pragmatisme (money politics)," kata peneliti CIR, Rian Stadi, di Jakarta, Kamis (22/3).
CIR merupakan lembaga kajian strategi dan kebijakan, serta rujukan informasi untuk masalah ekonomi, politik, sosial-budaya, sains-teknologi, hukum dan hak asasi manusia (HAM). Lembaga itu didirikan pada 30 November 2001 di Jakarta.
Menurut dia peluang Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini cukup besar karena menyolidkan kembali konstituen PKS yang mencapai sedikitnya 25 persen pemilih tahun 2004, ditambah pendukung PAN yang lebih cendrung ke Rachbini. Argumentasinya, kata dia, karena calon gubernur incumbent Fauzi Bowo (Foke) mengambil cawagub dari Partai Demokrat juga (Nachrowi), yang disebutnya seperti "jeruk makan jeruk".
Ia mengemukakan bahwa berdasar survei cepat, popularitas Foke-Nara merosot drastis karena ditantang Jokowi-Ahok, yang diusung PDIP-Gerindra.
*http://www.republika.co.id//berita/menuju-jakarta-1/news/12/03/22/m19r1g-cir-prediksi-pemilukada-dki-jakarta-dua-putaran
3/21/2012
Prof. Dr. Didik J. Rachbini
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta
pasangan DR. Hidayat Nur Wahid
•#JihadTransportasiMassal kita hrs punya gagasan dan eksekusi radikal tapi feasible krn penyakitnya parah.
•klau singapura bisa, bangkok bisa, KL bisa, knp jakarta tidak? Solusinya adalah #JihadTransportasiMassal
•#JihadTransportasiMassal tertib angkotan kota, yang liar dibenahi.
•#JihadTransportasiMassal fokus pd sistem angkutan kapasitas besar, cepat, efisien dan nyaman.
•#JihadTransportasiMassal sistem tranportsi kapasitas besar utk golongan menengah, bawah dan tdk mampu.
•#JihadTransportasiMassal ubah sistem perencanaan transp dgn memaksimalkan sumberdaya ke arah visi ini (apbd dki 35 t dlm waktu dekat bs 70t).
•#JihadTransportasiMassal memperkuat klmbagaan n otoritas transportasi jakarta n kerjasama jabotabek, jk diperlukan otonom di bwh gub/wkl gub.
•#JihadTransportasiMassal pembangunan jalan tol layang masif jkt terintegrasi dari timur ke barat dan dari selatan ke utara.
•#JihadTransportasiMassal integrasikan transportasi kota bus dgn existing jalur kereta yang ada.
•#JihadTransportasiMassal melipatgandakan kapasitas jalur kereta di jkt mjd 200% dgn rel ganda atas dan bawah (double track).
•#JihadTransportasiMassal harus dan wajib bangun mass rapid transport, monorel dan alternatif lainnya dgn kapasitas besar.
•#JihadTransportasiMassal subsidi pada tranportasi umum 100 persen gas yg murah dan bersih utk kota jkt.
•#JihadTransportasiMassal peremajaan bus2 tua.
•#JihadTransportasiMassal konsolidasi bus2 kecil dan kendaraan yg membuat macet jkt.
•Jadi #JihadTransportasiMassal mengarahkan semua pemangku kepentingan ke arah tranportasi publik kapasitas besar.
•#JihadTransportasiMassal perbaiki sistem perparkiran yg semerawut.
•#JihadTransportasiMassal parkir mobil mahal sbg disinsentif pindah ke transportasi massal.
•#JihadTransportasiMassal pajak kendaraan bermotor bertahap naik sbg disinsentif utk dialihkan ke pembangunan tranpt massal.
•#JihadTransportasiMassal (dlm hati) jika tdk bisa mengubah jkt utk apa maju, balik ngajar sj di kampus dalam dan LN.
•#JihadTransportasiMassal adalah anti-tesis thd kebijakan transportasi kota yg mandeg dan tdk ada perubahan hmpir 5 thn ini.
*https://twitter.com/#!/djrachbini
'JIHAD Transportasi Massal' Solusi Radikal Prof. Didik J Rachbini Atasi Kemacetan Jakarta
21/03/12
Prof. Dr. Didik J. Rachbini
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta
pasangan DR. Hidayat Nur Wahid
•#JihadTransportasiMassal kita hrs punya gagasan dan eksekusi radikal tapi feasible krn penyakitnya parah.
•klau singapura bisa, bangkok bisa, KL bisa, knp jakarta tidak? Solusinya adalah #JihadTransportasiMassal
•#JihadTransportasiMassal tertib angkotan kota, yang liar dibenahi.
•#JihadTransportasiMassal fokus pd sistem angkutan kapasitas besar, cepat, efisien dan nyaman.
•#JihadTransportasiMassal sistem tranportsi kapasitas besar utk golongan menengah, bawah dan tdk mampu.
•#JihadTransportasiMassal ubah sistem perencanaan transp dgn memaksimalkan sumberdaya ke arah visi ini (apbd dki 35 t dlm waktu dekat bs 70t).
•#JihadTransportasiMassal memperkuat klmbagaan n otoritas transportasi jakarta n kerjasama jabotabek, jk diperlukan otonom di bwh gub/wkl gub.
•#JihadTransportasiMassal pembangunan jalan tol layang masif jkt terintegrasi dari timur ke barat dan dari selatan ke utara.
•#JihadTransportasiMassal integrasikan transportasi kota bus dgn existing jalur kereta yang ada.
•#JihadTransportasiMassal melipatgandakan kapasitas jalur kereta di jkt mjd 200% dgn rel ganda atas dan bawah (double track).
•#JihadTransportasiMassal harus dan wajib bangun mass rapid transport, monorel dan alternatif lainnya dgn kapasitas besar.
•#JihadTransportasiMassal subsidi pada tranportasi umum 100 persen gas yg murah dan bersih utk kota jkt.
•#JihadTransportasiMassal peremajaan bus2 tua.
•#JihadTransportasiMassal konsolidasi bus2 kecil dan kendaraan yg membuat macet jkt.
•Jadi #JihadTransportasiMassal mengarahkan semua pemangku kepentingan ke arah tranportasi publik kapasitas besar.
•#JihadTransportasiMassal perbaiki sistem perparkiran yg semerawut.
•#JihadTransportasiMassal parkir mobil mahal sbg disinsentif pindah ke transportasi massal.
•#JihadTransportasiMassal pajak kendaraan bermotor bertahap naik sbg disinsentif utk dialihkan ke pembangunan tranpt massal.
•#JihadTransportasiMassal (dlm hati) jika tdk bisa mengubah jkt utk apa maju, balik ngajar sj di kampus dalam dan LN.
•#JihadTransportasiMassal adalah anti-tesis thd kebijakan transportasi kota yg mandeg dan tdk ada perubahan hmpir 5 thn ini.
*https://twitter.com/#!/djrachbini
3/21/2012
Oleh Cahyadi Takariawan
Masyarakat boleh berkata apa saja tentang proses Pilkada DKI Jakarta. Media sudah banyak memberitakannya. Kader sudah melek dan senang membaca berita. Ada cermin bening, sangat bening, dalam proses yang menyertainya. Sangat banyak mutiara hikmah yang harus kita ambil darinya.
Adalah Triwisaksana, kader dakwah yang mendapatkan amanah untuk dimajukan dalam Pilkada. Kerja keras sudah dilakukannya, pagi, siang, sore hingga malam tiba. Keringat mengucur dengan deras, membasahi sekujur tubuhnya. Mencoba merangkai harapan masa depan, merenda cita-cita kemenangan, membayangkan Jakarta diliputi pribadi mulia.
Namun apa hendak dikata. Realitas politik sangat sulit diduga. Bang Sani menerima keputusan pimpinan, ia tidak jadi dimajukan dalam proses Pilkada. Pilihan yang sulit bagi para pimpinan partainya, karena sangat banyak kendala untuk tetap memajukan Triwisaksana. Pilihan telah ditetapkan, keputusan telah dikeluarkan, Hidayat Nurwahid tidak pernah menyangka. Ya, ustadz Hidayat mendapatkan amanah maju dalam Pilkada DKI Jakarta.
Coba lihat bagaimana sikap keduanya. Akhuna Triwisaksana bersikap sangat dewasa. Ustadzuna Hidayat bersikap sangat bijaksana. Baca saja media, berikut cuplikannya.
Kutipan Media – 1
Hidayat mengatakan, siap sepenuhnya mendukung Triwisaksana atau yang akrab dipanggil Sani, yang sebelumnya dicalonkan dalam pemilukada DKI Jakarta. “Jika Bang Sani maju, saya akan legowo untuk tim sukses pemilu,” lanjutnya.
Pada prinsipnya, kata Hidayat, Sani lebih berkompeten menjadi calon Gubernur. “Saya percaya partai akan memutuskan calon terbaik bagi DKI dan Indonesia. Secara prinsip, Sani cocok dan berkompeten,” kata dia.
Kutipan Media – 2
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana meski sebelumnya dideklarasikan sebagai bakal calon gubernur Jakarta mengaku tidak kecewa atas keputusan partainya yang mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai calon resmi Partai Keadilan Sejahtera.
“Tidak kecewa dengan keputusan partai, memang pak Hidayat adalah tokoh yang lebih baik dari saya,” kata Triwisaksana yang turut mendampingi pendaftaran pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini sebagai cagub-cawagub PKS di KPUD Jakarta, Senin malam (19/3/2012).
Kutipan Media – 3
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Triwisaksana mengaku tidak sakit hati atas kegagalannya maju sebagai DKI 1. Sani, salah seorang politisi muda PKS ini bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada pasangan Hidayat Nurwahid – Didik J. Rachbini.
“Tidak ada sakit hati sama sekali. Saya malah diminta untuk menjadi timses (tim sukses) kedua pasangan,” kata Bang Sani panggilan akrab Triwisaksana di Kantor KPUD DKI Jakarta, Senin (19/3/2012).
Menurut Bang Sani, pencalonan Hidayat Nurwahid sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari PKS tidak perlu dipermasalahkan. Bang Sani menganggap Hidayat Nur Wahid merupakan kader terbaik PKS. “Itu proses yang biasa saja,” imbuhnya. Lalu apa alasan PKS tidak memilihnya maju sebagai calon DKI 1? “Pak Hidayat Miliki kapasitas ketimbang saya,” tukasnya.
Kutipan Media – 4
Triwisaksana yang sebelumnya dideklarasikan PKS sebagai calon gubernur, kini berharap pasangan yang diusung partainya akan menang dalam persaingan menuju Balaikota. Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang juga mendampingi pencalonan Hidayat – Rachbini mengatakan deklarasi pencalonan Triwisaksana sebelumnya merupakan ‘pemanasan’.
Demikian media menuturkannya.
--------------------------------------------------------
Cermin Bening : Dari Sani ke Wahid
Subhanallah, lihatlah kedua kader terbaik kita. Demikian tinggi etika mereka jaga. Mereka saling melempar pujian kepada lainnya. Hidayat mengatakan siap mendukung Sani jika partai memilih Sani untuk maju dalam Pilkada. Hidayat menganggap Sani cocok dan memiliki kapasitas untuk memimpin Jakarta. Sebaliknya Sani menyatakan Hidayat lebih baik darinya. Subhanallah, betapa mulia mereka berdua.
Keduanya menyatakan siap menjadi Tim Sukses bagi yang lainnya, apabila dirinya tidak jadi dimajukan dalam Pilkada. Subhanallah, betapa mulia hati mereka. Presiden Partai menyatakan, Bang Sani telah melakukan pemanasan, bagi jalan yang akan dilalui oleh Hidayat Nurwahid untuk memimpin Jakarta.
Cermin bening itu, menjadi isyarat kebersihan niat dalam mengikuti proses Pilkada. Kebesaran jiwa Bang Sani, kebersahajaan ustadz Hidayat, menjadi modal utama memenangkan kontestasi politik menuju pemimpin DKI Jakarta.
Dari Sani ke Wahid, keduanya kader dakwah yang setia. Dari Sani ke Wahid, keduanya simbol perjuangan yang menggelora. Dari Sani ke Wahid, lihatlah tidak ada yang perlu terluka dan kecewa. Dari Sani ke Wahid, keduanya memang istimewa.
*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2257
Cahyadi Takariawan : Dari Sani ke Wahid, Cermin teramat bening.
Oleh Cahyadi Takariawan
Masyarakat boleh berkata apa saja tentang proses Pilkada DKI Jakarta. Media sudah banyak memberitakannya. Kader sudah melek dan senang membaca berita. Ada cermin bening, sangat bening, dalam proses yang menyertainya. Sangat banyak mutiara hikmah yang harus kita ambil darinya.
Adalah Triwisaksana, kader dakwah yang mendapatkan amanah untuk dimajukan dalam Pilkada. Kerja keras sudah dilakukannya, pagi, siang, sore hingga malam tiba. Keringat mengucur dengan deras, membasahi sekujur tubuhnya. Mencoba merangkai harapan masa depan, merenda cita-cita kemenangan, membayangkan Jakarta diliputi pribadi mulia.
Namun apa hendak dikata. Realitas politik sangat sulit diduga. Bang Sani menerima keputusan pimpinan, ia tidak jadi dimajukan dalam proses Pilkada. Pilihan yang sulit bagi para pimpinan partainya, karena sangat banyak kendala untuk tetap memajukan Triwisaksana. Pilihan telah ditetapkan, keputusan telah dikeluarkan, Hidayat Nurwahid tidak pernah menyangka. Ya, ustadz Hidayat mendapatkan amanah maju dalam Pilkada DKI Jakarta.
Coba lihat bagaimana sikap keduanya. Akhuna Triwisaksana bersikap sangat dewasa. Ustadzuna Hidayat bersikap sangat bijaksana. Baca saja media, berikut cuplikannya.
Kutipan Media – 1
Hidayat mengatakan, siap sepenuhnya mendukung Triwisaksana atau yang akrab dipanggil Sani, yang sebelumnya dicalonkan dalam pemilukada DKI Jakarta. “Jika Bang Sani maju, saya akan legowo untuk tim sukses pemilu,” lanjutnya.
Pada prinsipnya, kata Hidayat, Sani lebih berkompeten menjadi calon Gubernur. “Saya percaya partai akan memutuskan calon terbaik bagi DKI dan Indonesia. Secara prinsip, Sani cocok dan berkompeten,” kata dia.
Kutipan Media – 2
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana meski sebelumnya dideklarasikan sebagai bakal calon gubernur Jakarta mengaku tidak kecewa atas keputusan partainya yang mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai calon resmi Partai Keadilan Sejahtera.
“Tidak kecewa dengan keputusan partai, memang pak Hidayat adalah tokoh yang lebih baik dari saya,” kata Triwisaksana yang turut mendampingi pendaftaran pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini sebagai cagub-cawagub PKS di KPUD Jakarta, Senin malam (19/3/2012).
Kutipan Media – 3
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Triwisaksana mengaku tidak sakit hati atas kegagalannya maju sebagai DKI 1. Sani, salah seorang politisi muda PKS ini bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada pasangan Hidayat Nurwahid – Didik J. Rachbini.
“Tidak ada sakit hati sama sekali. Saya malah diminta untuk menjadi timses (tim sukses) kedua pasangan,” kata Bang Sani panggilan akrab Triwisaksana di Kantor KPUD DKI Jakarta, Senin (19/3/2012).
Menurut Bang Sani, pencalonan Hidayat Nurwahid sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari PKS tidak perlu dipermasalahkan. Bang Sani menganggap Hidayat Nur Wahid merupakan kader terbaik PKS. “Itu proses yang biasa saja,” imbuhnya. Lalu apa alasan PKS tidak memilihnya maju sebagai calon DKI 1? “Pak Hidayat Miliki kapasitas ketimbang saya,” tukasnya.
Kutipan Media – 4
Triwisaksana yang sebelumnya dideklarasikan PKS sebagai calon gubernur, kini berharap pasangan yang diusung partainya akan menang dalam persaingan menuju Balaikota. Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang juga mendampingi pencalonan Hidayat – Rachbini mengatakan deklarasi pencalonan Triwisaksana sebelumnya merupakan ‘pemanasan’.
Demikian media menuturkannya.
--------------------------------------------------------
Cermin Bening : Dari Sani ke Wahid
Subhanallah, lihatlah kedua kader terbaik kita. Demikian tinggi etika mereka jaga. Mereka saling melempar pujian kepada lainnya. Hidayat mengatakan siap mendukung Sani jika partai memilih Sani untuk maju dalam Pilkada. Hidayat menganggap Sani cocok dan memiliki kapasitas untuk memimpin Jakarta. Sebaliknya Sani menyatakan Hidayat lebih baik darinya. Subhanallah, betapa mulia mereka berdua.
Keduanya menyatakan siap menjadi Tim Sukses bagi yang lainnya, apabila dirinya tidak jadi dimajukan dalam Pilkada. Subhanallah, betapa mulia hati mereka. Presiden Partai menyatakan, Bang Sani telah melakukan pemanasan, bagi jalan yang akan dilalui oleh Hidayat Nurwahid untuk memimpin Jakarta.
Cermin bening itu, menjadi isyarat kebersihan niat dalam mengikuti proses Pilkada. Kebesaran jiwa Bang Sani, kebersahajaan ustadz Hidayat, menjadi modal utama memenangkan kontestasi politik menuju pemimpin DKI Jakarta.
Dari Sani ke Wahid, keduanya kader dakwah yang setia. Dari Sani ke Wahid, keduanya simbol perjuangan yang menggelora. Dari Sani ke Wahid, lihatlah tidak ada yang perlu terluka dan kecewa. Dari Sani ke Wahid, keduanya memang istimewa.
*http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2257
3/21/2012
Situs berita detik.com melakukan POLING Pilkada DKI Jakarta dengan pertanyaan seperti diatas
Pasangan mana di bawah ini yang akan Anda pilih sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta?
•Fauzi Bowo (Foke) - Nachrowi Ramli
•Alex Noerdin - Nono Sampono
•Faisal Basri - Biem Benyamin
•Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
•Hidayat Nurwahid - Didik J Rachbini
•Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria
Dan hasilnya sampai hari Rabu (21/3/12) pukul 13.24 WIB menunjukan bahwa mayoritas pembaca detik.com memilih pasangan Hidayat Nurwahid - Didik J Rachbini dengan perolehan 54,71 % diurutan PERTAMA, disusul pasangan Joko Widodo - Basuki Cahya Purnama (Ahok) di posisi ke-2 dengan 31,17 %.
Hasil lengkap poling seperti terlihat pada tabel dapat di lihat diatas
Bagi anda yang akan berpartisipasi di POLING detik.com ini caranya sebagai berikut:
(1) masuk ke http://news.detik.com/
(2) liat ke bagian bawah cari kolom POLING
(3) pilih HNW-DJR lalu klik SUBMIT
(4) muncul Tabel --> klik tombol POLL dibawah tabel
(5) selesai
CATATAN:
Poling ini berlaku peraturan 1 IP = 1 Vote
Artinya 1 pembaca (IP) hanya memilih SEKALI, TIDAK MEMILIH BERKALI-KALI
Sehingga hasil Poling sangat FAIR mencerminkan pilihan pembaca/pengunjung detik.com
Wow, Mayoritas Pembaca detik.com Pilih Pasangan HNW - Didik J Rachbini
Situs berita detik.com melakukan POLING Pilkada DKI Jakarta dengan pertanyaan seperti diatas
Pasangan mana di bawah ini yang akan Anda pilih sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta?
•Fauzi Bowo (Foke) - Nachrowi Ramli
•Alex Noerdin - Nono Sampono
•Faisal Basri - Biem Benyamin
•Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
•Hidayat Nurwahid - Didik J Rachbini
•Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria
Dan hasilnya sampai hari Rabu (21/3/12) pukul 13.24 WIB menunjukan bahwa mayoritas pembaca detik.com memilih pasangan Hidayat Nurwahid - Didik J Rachbini dengan perolehan 54,71 % diurutan PERTAMA, disusul pasangan Joko Widodo - Basuki Cahya Purnama (Ahok) di posisi ke-2 dengan 31,17 %.
Hasil lengkap poling seperti terlihat pada tabel dapat di lihat diatas
Bagi anda yang akan berpartisipasi di POLING detik.com ini caranya sebagai berikut:
(1) masuk ke http://news.detik.com/
(2) liat ke bagian bawah cari kolom POLING
(3) pilih HNW-DJR lalu klik SUBMIT
(4) muncul Tabel --> klik tombol POLL dibawah tabel
(5) selesai
CATATAN:
Poling ini berlaku peraturan 1 IP = 1 Vote
Artinya 1 pembaca (IP) hanya memilih SEKALI, TIDAK MEMILIH BERKALI-KALI
Sehingga hasil Poling sangat FAIR mencerminkan pilihan pembaca/pengunjung detik.com
3/21/2012
Alhamdulillah,untuk pertama kalinya DPC PKS Samarinda memiliki Buletin sendiri yang terbit setiap bulan. Buletin tersebut bernama "Samarinda Ulu Post". Buletin ini tersebar untuk kalangan kader dan simpatisan saja, tidak di sebar luaskan karena mengingat administrasi perijinan yang masih dalam tahap di pelajari, untuk selanjutnya di jajaki jika mungkin di terbitkan dalam lokal area.
Edisi kedua ini di cetak dalam kertas putih dan berwarna. lebih dari 500 eksemplar yang ludes terbagi habis hanya dalam waktu tiga hari. lebih cepat dari Edisi pertama yang berjumlah 300 eksemplar tetapi empat hari baru terbagi. InsyaAllah jika antusiasme pembaca baik dan minat sponsor atau iklan tinggi bukan tidak mungkin kita akan mencetak 1000 eksemplar tentu dengan perijinan Resmi.
Buletin Samarinda Ulu Post kali ini komposisinya masih tercampur dengan berita-berita nasional dan internasional. idealnya rubrik yang tersedia adalah kolom-kolom lokal dan regional kaltim saja. hal ini di sebabkan karena masih minimnya dukomentasi beragam kegiatan. harapannya bulan depan akan terbit dengan kolom-kolom lokal dan regional saja. mengingat tujuan utama dari Buletin ini adalah Sebagai wadah laporan bulanan kegiatan DPC kepada Seluruh kader dan simpatisan PKS Samarinda Ulu. Sekaligus menjadi sarana men-sosialisasikan program-program DPC Kepada seluruh kader dan simpatisan.
Buletin ini pegang oleh tiga orang staff media Samarinda Ulu, antara lain Al Buchori, Qurratu A'yun dan Khusnul Umar. Buletin ini juga merupakan wadah bagi para kader yang memiliki bakat menulis dan sastra. Setiap tulisan berpeluang besar untuk di terbitkan. Berbagai informasi berita dapat di kirim ke email Redaksi di : ulu.hatiku@gmail.com dalam bentuk File dan Foto kegiatan.
Ketua DPC PKS Samarinda Ulu, Bang Sani saat di tanya pendapatnya tentang buletin ini mengatakan; " Saya terinspirasi oleh kerja keras akh Puji Utomo dan kawan-kawan untuk menyusun buletin Fraksi PKS samarinda, mereka mencurahkan seganap kemampuan untuk menyebarkan informasi-informasi penting dari aleg-aleg Samarinda, ini juga bentuk tanggung jawab terhadap konstituen. maka saya fikir kita harus melakukan hal yang sama, setiap kebaikan harus kita contoh dan jangan gengsi. DPC harus melaporkan berbagai kegiatan dan programnya pada seluruh kader dan simpatisan setiap bulannya. Yang paling berat dari suatu ide bukan melaksanakannya, tetapi bagaimana ide itu tetap terlaksana dan istiqomah" Pungkas Bang Sani.
Buletin Samarinda Ulu Post, Buletin-nya kader PKS Samarinda
Alhamdulillah,untuk pertama kalinya DPC PKS Samarinda memiliki Buletin sendiri yang terbit setiap bulan. Buletin tersebut bernama "Samarinda Ulu Post". Buletin ini tersebar untuk kalangan kader dan simpatisan saja, tidak di sebar luaskan karena mengingat administrasi perijinan yang masih dalam tahap di pelajari, untuk selanjutnya di jajaki jika mungkin di terbitkan dalam lokal area.
Edisi kedua ini di cetak dalam kertas putih dan berwarna. lebih dari 500 eksemplar yang ludes terbagi habis hanya dalam waktu tiga hari. lebih cepat dari Edisi pertama yang berjumlah 300 eksemplar tetapi empat hari baru terbagi. InsyaAllah jika antusiasme pembaca baik dan minat sponsor atau iklan tinggi bukan tidak mungkin kita akan mencetak 1000 eksemplar tentu dengan perijinan Resmi.
Buletin Samarinda Ulu Post kali ini komposisinya masih tercampur dengan berita-berita nasional dan internasional. idealnya rubrik yang tersedia adalah kolom-kolom lokal dan regional kaltim saja. hal ini di sebabkan karena masih minimnya dukomentasi beragam kegiatan. harapannya bulan depan akan terbit dengan kolom-kolom lokal dan regional saja. mengingat tujuan utama dari Buletin ini adalah Sebagai wadah laporan bulanan kegiatan DPC kepada Seluruh kader dan simpatisan PKS Samarinda Ulu. Sekaligus menjadi sarana men-sosialisasikan program-program DPC Kepada seluruh kader dan simpatisan.
Buletin ini pegang oleh tiga orang staff media Samarinda Ulu, antara lain Al Buchori, Qurratu A'yun dan Khusnul Umar. Buletin ini juga merupakan wadah bagi para kader yang memiliki bakat menulis dan sastra. Setiap tulisan berpeluang besar untuk di terbitkan. Berbagai informasi berita dapat di kirim ke email Redaksi di : ulu.hatiku@gmail.com dalam bentuk File dan Foto kegiatan.
Ketua DPC PKS Samarinda Ulu, Bang Sani saat di tanya pendapatnya tentang buletin ini mengatakan; " Saya terinspirasi oleh kerja keras akh Puji Utomo dan kawan-kawan untuk menyusun buletin Fraksi PKS samarinda, mereka mencurahkan seganap kemampuan untuk menyebarkan informasi-informasi penting dari aleg-aleg Samarinda, ini juga bentuk tanggung jawab terhadap konstituen. maka saya fikir kita harus melakukan hal yang sama, setiap kebaikan harus kita contoh dan jangan gengsi. DPC harus melaporkan berbagai kegiatan dan programnya pada seluruh kader dan simpatisan setiap bulannya. Yang paling berat dari suatu ide bukan melaksanakannya, tetapi bagaimana ide itu tetap terlaksana dan istiqomah" Pungkas Bang Sani.
3/20/2012
”Bisakah Bapak turun?”
Dan kamipun tegang.
Basyir, pemuda 20-an tahun, buta, menyuruh presiden partai turun dari tempatnya (panggung acara) dan datang ke audiens. Hal yang lazim sebetulnya dalam dunia Islam yang egaliter, dimana pemimpin dan rakyat dianggap sama. Hanya kita, masyarakat timur yang serba sungkan dan pemalu menganggap itu tak lazim. Tetapi Basyir memintanya.
Maka pak Luthfi turun, dari meja lesehan yang disediakan sedikit lebih tinggi dari peserta seniman. Malam itu, Jumat 9 Maret 2012 di Dapur Desa, seniman dari berbagai aliran berkumpul : reog, barongsay, pecaksilat, penulis, kritikus, budayawan, geng motor, MIRAI – janapnese lovers, KLOSS – korean lovers, dll. (rangkaian acara Rakornas PKS di Surabaya-red)
Ketika perbicangan hangat berkisar seputar politik, dunia kesenian Jawa Timur, kritik terhadap pemerintah dan sorotan terhadap kebijakan-kebijakan partai; permintaan Basyir terasa asing dan tak masuk akal. Ketika lontaran pertanyaan yang diajukan demikian berbobot dan membutuhkan penjelasan panjang, permintaan sederhana Basyir sungguh tak terduga. Kami menyangka ia akan mengajukan permintaan agar orang-orang sepertinya mendapatkan tempat dan perhatian di tengah masyarakat; entah dukungan fasilitas atau dana.
Tetapi permintaan Basyir sangat istimewa.
Pak Luthfi mendatangi Basyir.
Mereka berhadapan, diam sejenak. Meski pak Luthfi tersenyum, tetap saja, kami penonton tegang.
”Tahukah Bapak kenapa saya minta Bapak turun?”
Suasana hening. Seluruh mata tertuju pada dua sosok yang berdiri berhadapan.
”Sebab saya tidak bisa lihat Bapak...saya buta.”
Basyir meraba lengan pak Luthfi, meraba bahu dan kepalanya, lalu mencium kening dan rambutnya.
Bukan skenario yang disiapkan panitia. Menurut informasi Basyir adalah pemuda yang tulus. Basyir datang demi ikatan silaturrahim. Ketika malam itu saya hadir sebagai salah satu panitia, pertama yang ditanyakan Basyir adalah, ”dimana tempat wudhu? Saya mau sholat Isya...”
Basyir yang buta tertatih menuju kamar mandi, meraba jalan. Dan kemudian ia melaksanakan sholat.
Basyir, tanpa sungkan, meminta presiden partai datang..
Maka, meledaklah tangis kami.
Mereka berdua berpelukan.
Seorang presiden.
Seorang rakyat.
Saling bersentuhan, menangis, memeluk, membiarkan pundak yang satu sebagai tumpuan beban.
Pasti banyak yang ingin dikisahkan Basyir.
Kepedihannya harus berjuang kuliah dengan sepasang mata yang buta. Keinginannya untuk menikah yang tertunda. Tetapi seseorang , seperti pak Luthfi yang memeluk dan mendekapnya, meski sesaat, pasti akan memiliki makna kehangatan yang menguatkan ketegaran. Perhatian tulus seorang pemimpin, meski sesaat, menggugurkan daun-daun prasangka.
Semoga, kisah ini pun kelak akan terjadi berulang ketika presiden yang amanah memimpin negeri ini. Ia tidak hanya berdiri di atas panggung, tetapi turun ke jalan-jalan, menjadikan telinga untuk mendengar, hati sebagai tempat berkeluh kesah dan sepasang bahu sebagai tempat bersandar bagi orang-orang lemah.
Basyir.
Seiring mata kami rinai malam itu, sebuah semangat terjalin.
Kau, aku, kita, meski berbeda, insyaAllah...akan bersama berangkat dalam kapal yang menghantarkan negeri ini menuju kejayaan.
by: S.Yudisia
*http://www.facebook.com/notes/sinta-yudisia/basyir-yang-buta-pak-luthfi-hasan-ishaaq/10150716089027744
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Presiden PKS di minta Turun.
20/03/12
”Bisakah Bapak turun?”
Dan kamipun tegang.
Basyir, pemuda 20-an tahun, buta, menyuruh presiden partai turun dari tempatnya (panggung acara) dan datang ke audiens. Hal yang lazim sebetulnya dalam dunia Islam yang egaliter, dimana pemimpin dan rakyat dianggap sama. Hanya kita, masyarakat timur yang serba sungkan dan pemalu menganggap itu tak lazim. Tetapi Basyir memintanya.
Maka pak Luthfi turun, dari meja lesehan yang disediakan sedikit lebih tinggi dari peserta seniman. Malam itu, Jumat 9 Maret 2012 di Dapur Desa, seniman dari berbagai aliran berkumpul : reog, barongsay, pecaksilat, penulis, kritikus, budayawan, geng motor, MIRAI – janapnese lovers, KLOSS – korean lovers, dll. (rangkaian acara Rakornas PKS di Surabaya-red)
Ketika perbicangan hangat berkisar seputar politik, dunia kesenian Jawa Timur, kritik terhadap pemerintah dan sorotan terhadap kebijakan-kebijakan partai; permintaan Basyir terasa asing dan tak masuk akal. Ketika lontaran pertanyaan yang diajukan demikian berbobot dan membutuhkan penjelasan panjang, permintaan sederhana Basyir sungguh tak terduga. Kami menyangka ia akan mengajukan permintaan agar orang-orang sepertinya mendapatkan tempat dan perhatian di tengah masyarakat; entah dukungan fasilitas atau dana.
Tetapi permintaan Basyir sangat istimewa.
Pak Luthfi mendatangi Basyir.
Mereka berhadapan, diam sejenak. Meski pak Luthfi tersenyum, tetap saja, kami penonton tegang.
”Tahukah Bapak kenapa saya minta Bapak turun?”
Suasana hening. Seluruh mata tertuju pada dua sosok yang berdiri berhadapan.
”Sebab saya tidak bisa lihat Bapak...saya buta.”
Basyir meraba lengan pak Luthfi, meraba bahu dan kepalanya, lalu mencium kening dan rambutnya.
Bukan skenario yang disiapkan panitia. Menurut informasi Basyir adalah pemuda yang tulus. Basyir datang demi ikatan silaturrahim. Ketika malam itu saya hadir sebagai salah satu panitia, pertama yang ditanyakan Basyir adalah, ”dimana tempat wudhu? Saya mau sholat Isya...”
Basyir yang buta tertatih menuju kamar mandi, meraba jalan. Dan kemudian ia melaksanakan sholat.
Basyir, tanpa sungkan, meminta presiden partai datang..
Maka, meledaklah tangis kami.
Mereka berdua berpelukan.
Seorang presiden.
Seorang rakyat.
Saling bersentuhan, menangis, memeluk, membiarkan pundak yang satu sebagai tumpuan beban.
Pasti banyak yang ingin dikisahkan Basyir.
Kepedihannya harus berjuang kuliah dengan sepasang mata yang buta. Keinginannya untuk menikah yang tertunda. Tetapi seseorang , seperti pak Luthfi yang memeluk dan mendekapnya, meski sesaat, pasti akan memiliki makna kehangatan yang menguatkan ketegaran. Perhatian tulus seorang pemimpin, meski sesaat, menggugurkan daun-daun prasangka.
Semoga, kisah ini pun kelak akan terjadi berulang ketika presiden yang amanah memimpin negeri ini. Ia tidak hanya berdiri di atas panggung, tetapi turun ke jalan-jalan, menjadikan telinga untuk mendengar, hati sebagai tempat berkeluh kesah dan sepasang bahu sebagai tempat bersandar bagi orang-orang lemah.
Basyir.
Seiring mata kami rinai malam itu, sebuah semangat terjalin.
Kau, aku, kita, meski berbeda, insyaAllah...akan bersama berangkat dalam kapal yang menghantarkan negeri ini menuju kejayaan.
by: S.Yudisia
*http://www.facebook.com/notes/sinta-yudisia/basyir-yang-buta-pak-luthfi-hasan-ishaaq/10150716089027744
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
3/19/2012
Calon gubernur DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, memastikan diri untuk bersaing dengan kandidat dari partai lain. Mantan Presiden PKS itu bersanding dengan kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan ekonom, Didik J. Rachbini.
Lalu bagaimana dengan Bang Sani ?
Berbicara mengenai Bang Sani ,Mungkin pendapat salah satu warga yang melakukan pengamatan sosial dan politik (Mank Izzi) perlu kita jadikan bahan pertimbangan mengenai hal ini.
Mank Izzi menyatakan : Sekali lagi... saya dibuat kagum akan "system" politik modern PKS, sebagaimana disana diperlihatkan bagaimana SYSTEM harus lebih 'tinggi' dari INDIVIDU (menghapuskan stigma mesin politik terpaku pada satu orang yang di elu-elu kan)... dalam kasus ini (Pilkada DKI), Balon yang sudah di gadang-gadang sejak beberapa tahun kebelakang, yaitu Bang Sani... Terbantahkan hanya dalam hitungan hari, setelah melakukan proses syuro, akhirnya yang lain yang terpilih untuk mengemban amanah berat ini.
Lantas! apakah Bang Sani merasa "terpecundangi" dengan semua ini.. tidak!!, ini lah justru yang menjadi titik point akan ke"modern" system politik di PKS, setiap kader harus SIAP menempatkan diri -JUNDI atau QIYADAH - (pemimpin atau yang dipimpin), karena pada dasar nya kedua hal tersebut -JUNDI atau QIYADAH - adalah sebuah pengabdian kepada asas mesin politik ini.. yaitu ISLAM... dan saya rasa, saya belum pernah melihat di 'mesin politik' yang lain, yang bisa seperti itu.
'tradisi' seperti ini lahir berbarengan dengan lahirnya 'mesin politik' modern ini .... tidak ada ceritanya lempar-lempar kursi dalam setiap pemilihan kemimpinan, di mulai dari tingkat tertinggi (PRESIDEN) sampai terbawah (Kelurhan -DPRa-), adem ayem aja tuh :), bahkan ke engganan sangat sangat terlihat bagai mereka yang akan mengemban amanah, semua menunjukan akan kedewasaan mesin politik ini... yang sekali lagi saya sebutkan... saya belum pernah melihat tradisi ini di mesin politik yang lain"
Salut untuk PKS yang selalu memberikan pembelajarn politik yang lebih dewasa dan modern.". Pungkas Mank Izzi.
Redaksi blog samarinda ulu menghubungi beberapa sumber di Jakarta yang terlibat langsung mengantar pasangan Hidayat dan Didik. Sumber-sumber kami menyatakan bahwa Seluruh Kader dan simpatisan PKS se-DKI Jakarta solid/kompak mendukung pasangan ini, bahkan Bang Sani yang dahulu di gadang-gadang menjadi Cagub mendukung penuh dan siap memenangkan pasangan ini. Bersama team pengusung ,Bang Sani menghantarkan langsung pasangan ini mendaftar ke KPUD.
Menurut Hidayat Nur Wahid , seluruh calon harus memberi pembelajaran kepada masyarakat bahwa keberagaman kandidat dan politik harus membuat demokrasi. menurut Hidayat, kemenangan tetap ditentukan pada hasil pemilu.
Hidayat menambahkan, kemenangan PKS di Jakarta pada 2004 diraih saat dipimpinnya. "Bukan hanya Jakarta, bahkan kota sekitarnya. Itu adalah fakta sejarah. Dan saya dapat banyak dukungan dari kelompok suku, agama, bahkan dari kelompok non muslim," katanya.
Namun, Hidayat menegaskan dirinya maju dalam pilkada DKI Jakarta sebagai calon gubernur dari PKS, tentu bukan sesuatu yang main-main.
"Yang pasti PKS ajukan saya bukan untuk kalah," katanya lagi.
Hingga kini, sudah enam pasangan yang akan bertarung memperebutkan kursi DKI 1. Empat pasangan diusung partai dan dua pasangan dari calon independen. Pasangan Hidayat dan Didik adalah yang paling akhir mendaftar ke KPU DKI.
Calon lain adalah, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, dari Partai Demokat, Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, dari PDIP dan Gerindra, dan pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono, yang diusung Golkar dan PPP.
Sementara dua pasangan dari jalur independen yang lebih dulu mendaftar adalah pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin, yang menjadi pendaftar pertama. Kemudian pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI, Hendardji Supandji dan Ahmad Riza Patria.
Mengenai nama Didik J Rachbini, kader PAN yang diusung PKS, Tifatul menyebut hal itu sudah direstui Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. PAN sendiri mendukung pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung koalisi bersama Partai Demokrat.
"Berkaca dari 2007 lalu, kalau maju sendiri kurang terdistribusi suaranya. PAN juga tidak mengusung calon sendiri. Pak Didik juga tidak keluar dari PAN," imbuhnya
Kesepakatan mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai calon Gubernur DKI, kata Tifatul, baru diambil pada sore tadi (19/3/12). Menurutnya banyaknya pasangan yang maju dalam Pilkada DKI, dapat menguntungkan PKS.
"Saya kira banyaknya pasangan calon membuat suara terpecah. Untuk menang dengan suara lebih dari 30 persen atau satu putaran, rasanya sulit karena banyaknya calon. Tetapi kami optimis menang satu putaran," ucapnya.
Sumber :
1.http://metro.vivanews.com/news/read/297677-hidayat--pks-pilih-saya-bukan-untuk-kalah
2.http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/20/01085267/Hidayat.Nur.Wahid.Lawan.yang.Bonafid
CAGUB dan CAWAGUB yang diusung PKS adalah Calon Terkuat dan Paling berpotensi untuk menang
19/03/12
Calon gubernur DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, memastikan diri untuk bersaing dengan kandidat dari partai lain. Mantan Presiden PKS itu bersanding dengan kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan ekonom, Didik J. Rachbini.
Lalu bagaimana dengan Bang Sani ?
Berbicara mengenai Bang Sani ,Mungkin pendapat salah satu warga yang melakukan pengamatan sosial dan politik (Mank Izzi) perlu kita jadikan bahan pertimbangan mengenai hal ini.
Mank Izzi menyatakan : Sekali lagi... saya dibuat kagum akan "system" politik modern PKS, sebagaimana disana diperlihatkan bagaimana SYSTEM harus lebih 'tinggi' dari INDIVIDU (menghapuskan stigma mesin politik terpaku pada satu orang yang di elu-elu kan)... dalam kasus ini (Pilkada DKI), Balon yang sudah di gadang-gadang sejak beberapa tahun kebelakang, yaitu Bang Sani... Terbantahkan hanya dalam hitungan hari, setelah melakukan proses syuro, akhirnya yang lain yang terpilih untuk mengemban amanah berat ini.
Lantas! apakah Bang Sani merasa "terpecundangi" dengan semua ini.. tidak!!, ini lah justru yang menjadi titik point akan ke"modern" system politik di PKS, setiap kader harus SIAP menempatkan diri -JUNDI atau QIYADAH - (pemimpin atau yang dipimpin), karena pada dasar nya kedua hal tersebut -JUNDI atau QIYADAH - adalah sebuah pengabdian kepada asas mesin politik ini.. yaitu ISLAM... dan saya rasa, saya belum pernah melihat di 'mesin politik' yang lain, yang bisa seperti itu.
'tradisi' seperti ini lahir berbarengan dengan lahirnya 'mesin politik' modern ini .... tidak ada ceritanya lempar-lempar kursi dalam setiap pemilihan kemimpinan, di mulai dari tingkat tertinggi (PRESIDEN) sampai terbawah (Kelurhan -DPRa-), adem ayem aja tuh :), bahkan ke engganan sangat sangat terlihat bagai mereka yang akan mengemban amanah, semua menunjukan akan kedewasaan mesin politik ini... yang sekali lagi saya sebutkan... saya belum pernah melihat tradisi ini di mesin politik yang lain"
Salut untuk PKS yang selalu memberikan pembelajarn politik yang lebih dewasa dan modern.". Pungkas Mank Izzi.
Redaksi blog samarinda ulu menghubungi beberapa sumber di Jakarta yang terlibat langsung mengantar pasangan Hidayat dan Didik. Sumber-sumber kami menyatakan bahwa Seluruh Kader dan simpatisan PKS se-DKI Jakarta solid/kompak mendukung pasangan ini, bahkan Bang Sani yang dahulu di gadang-gadang menjadi Cagub mendukung penuh dan siap memenangkan pasangan ini. Bersama team pengusung ,Bang Sani menghantarkan langsung pasangan ini mendaftar ke KPUD.
Menurut Hidayat Nur Wahid , seluruh calon harus memberi pembelajaran kepada masyarakat bahwa keberagaman kandidat dan politik harus membuat demokrasi. menurut Hidayat, kemenangan tetap ditentukan pada hasil pemilu.
Hidayat menambahkan, kemenangan PKS di Jakarta pada 2004 diraih saat dipimpinnya. "Bukan hanya Jakarta, bahkan kota sekitarnya. Itu adalah fakta sejarah. Dan saya dapat banyak dukungan dari kelompok suku, agama, bahkan dari kelompok non muslim," katanya.
Namun, Hidayat menegaskan dirinya maju dalam pilkada DKI Jakarta sebagai calon gubernur dari PKS, tentu bukan sesuatu yang main-main.
"Yang pasti PKS ajukan saya bukan untuk kalah," katanya lagi.
Hingga kini, sudah enam pasangan yang akan bertarung memperebutkan kursi DKI 1. Empat pasangan diusung partai dan dua pasangan dari calon independen. Pasangan Hidayat dan Didik adalah yang paling akhir mendaftar ke KPU DKI.
Calon lain adalah, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, dari Partai Demokat, Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, dari PDIP dan Gerindra, dan pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono, yang diusung Golkar dan PPP.
Sementara dua pasangan dari jalur independen yang lebih dulu mendaftar adalah pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin, yang menjadi pendaftar pertama. Kemudian pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI, Hendardji Supandji dan Ahmad Riza Patria.
Mengenai nama Didik J Rachbini, kader PAN yang diusung PKS, Tifatul menyebut hal itu sudah direstui Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. PAN sendiri mendukung pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung koalisi bersama Partai Demokrat.
"Berkaca dari 2007 lalu, kalau maju sendiri kurang terdistribusi suaranya. PAN juga tidak mengusung calon sendiri. Pak Didik juga tidak keluar dari PAN," imbuhnya
Kesepakatan mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai calon Gubernur DKI, kata Tifatul, baru diambil pada sore tadi (19/3/12). Menurutnya banyaknya pasangan yang maju dalam Pilkada DKI, dapat menguntungkan PKS.
"Saya kira banyaknya pasangan calon membuat suara terpecah. Untuk menang dengan suara lebih dari 30 persen atau satu putaran, rasanya sulit karena banyaknya calon. Tetapi kami optimis menang satu putaran," ucapnya.
Sumber :
1.http://metro.vivanews.com/news/read/297677-hidayat--pks-pilih-saya-bukan-untuk-kalah
2.http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/20/01085267/Hidayat.Nur.Wahid.Lawan.yang.Bonafid
3/19/2012
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam setahun mampu mengumpulkan dana amal dari para kadernya sekitar Rp 300 miliar. Dana itu, selain dari pemotongan gaji politisi PKS yang menjadi anggota dewan, juga hasil dari sumbangan simpatisan, serta beragam aktivitas yang digelar partai.
“Dana charity kami lebih 300 miliar per tahun. Tapi tidak cukup untuk membiayai roda organisasi PKS,” ujar Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta dalam diskusi 'Partai Politik Masih Perlu Ga Sih? Mencari Akar dan Solusi Korupsi Politik'. Acara tersebut dihelat Harian Republika bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri di Universitas Padjadjaran (Unpad), Ahad (18/3).
Menurut Anis, setiap anggota Fraksi PKS DPR, gajinya setiap bulan dipotong Rp 20 juta. Untuk DPRD provinsi dipotong Rp 6 juta per bulan, dan potongan Rp 2 juta per bulan bagi DPRD kabupaten/kota. Adapun kalau kader PKS mendapat honor tambahan, imbuh dia, maka diberlakukan sumbangan absolut kepada partai sebanyak puluhan persen.
Meski dana yang berhasil dikumpulkan cukup banyak, Anis mengaku pengeluaran PKS lebih besar dari itu. Karena itu, pihaknya mengusulkan agar ada anggaran yang diambil dari APBN untuk dialokasikan kepada partai.
Tujuannya, kata dia, agar parpol bisa hidup normal dan tidak mencari pembiayaan lewat jalur ilegal. “Perlu ada kontribusi APBN untuk program pendidikan dan pengkaderan parpol. Ini agar politisi yang duduk di DPR bisa berperan memperjuangkan aspirasi rakyat,” saran wakil ketua DPR tersebut.
Sumber: Republika
Dana Amal PKS Setahun Capai Rp 300 Miliar
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam setahun mampu mengumpulkan dana amal dari para kadernya sekitar Rp 300 miliar. Dana itu, selain dari pemotongan gaji politisi PKS yang menjadi anggota dewan, juga hasil dari sumbangan simpatisan, serta beragam aktivitas yang digelar partai.
“Dana charity kami lebih 300 miliar per tahun. Tapi tidak cukup untuk membiayai roda organisasi PKS,” ujar Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta dalam diskusi 'Partai Politik Masih Perlu Ga Sih? Mencari Akar dan Solusi Korupsi Politik'. Acara tersebut dihelat Harian Republika bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri di Universitas Padjadjaran (Unpad), Ahad (18/3).
Menurut Anis, setiap anggota Fraksi PKS DPR, gajinya setiap bulan dipotong Rp 20 juta. Untuk DPRD provinsi dipotong Rp 6 juta per bulan, dan potongan Rp 2 juta per bulan bagi DPRD kabupaten/kota. Adapun kalau kader PKS mendapat honor tambahan, imbuh dia, maka diberlakukan sumbangan absolut kepada partai sebanyak puluhan persen.
Meski dana yang berhasil dikumpulkan cukup banyak, Anis mengaku pengeluaran PKS lebih besar dari itu. Karena itu, pihaknya mengusulkan agar ada anggaran yang diambil dari APBN untuk dialokasikan kepada partai.
Tujuannya, kata dia, agar parpol bisa hidup normal dan tidak mencari pembiayaan lewat jalur ilegal. “Perlu ada kontribusi APBN untuk program pendidikan dan pengkaderan parpol. Ini agar politisi yang duduk di DPR bisa berperan memperjuangkan aspirasi rakyat,” saran wakil ketua DPR tersebut.
Sumber: Republika
3/19/2012
Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri*
Revolusi di Timur Tengah telah melindas para penguasa diktator otoriter. Tepatnya para presiden yang telah berkuasa puluhan tahun dan mempertahankan kekuasaannya itu dengan segala cara, termasuk misalnya dengan menyingkirkan, membunuh, dan memenjarakan rakyatnya sendiri.
Ya, mereka adalah presiden dan bukan raja. Penguasa di negara republik dan bukan di kerajaan.Sistem pemerintahannya demokratis dan bukan turun temurun. Dengan kata lain, mereka berkuasa karena dipilih rakyat melalui pemilu. Namun, hebatnya, mereka mampu berkuasa hingga puluhan tahun. Bahkan, ada yang berencana membentuk dinasti keluarga dengan mewariskan kekuasaan pada keluarganya.
Di Tunisia, ada Zainal Abidin bin Ali, jadi presiden lebih dari 20 tahun dan berencana menurunkan kekuasaannya pada istrinya, Laila Trabelsi. Pada 14 Januari 2011, ia melarikan diri ke Arab Saudi ketika berkecamuk demonstrasi besar di negerinya. Kini, ia hidup di pengasingan dengan membawa tuduhan berat: penyalahgunaan wewenang dan menggarong uang rakyat.
Berikutnya Husni Mubarak. Presiden Mesir lebih dari 30 tahun ini mengundurkan diri, menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran di seluruh negeri. Ketika berjaya, ia merencanakan mewariskan kekuasaan pada anaknya, Jamal Mubarak. Dalam kondisi sakit-sakitan kini ia sedang menghadapi sidang pengadilan dengan tuduhan: menyalahgunakan kekuasaan, membunuh, dan korupsi.
Penguasa lain yang digilas revolusi adalah Muammar Qadafi. Ia berkuasa lebih dari 40 tahun di negara yang bukan kerajaan bernama Jamahiriyah Arab Libya. Namun, ia lebih suka dijuluki sebagai Raja Diraja alias Malikul Muluk alias King of the Kings, dan berencana mewariskan kekuasaan pada anaknya Saif al-Islam Qadafi. Nasibnya sangat mengenaskan. Ia ditembak mati oleh pejuang revolusi.
Nasib lebih baik dialami Ali Abdullah Saleh. Setelah unjuk rasa dan pergolakan untuk menurunkan dirinya dari kursi Presiden Yaman yang didudukinya selama 33 tahun, ia bisa mundur secara damai. Bahkan, ia mendapatkan kekebalan tuntutan hukum. Di Suriah, Presiden Bashar al-Assad yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Hafez al-Assad, kini sedang digoncang aksi unjuk rasa besar-besaran. Nasib dia dan juga Suriah ke depan masih belum jelas.
Yang menarik, revolusi di Timur Tengah hingga kini tidak menyentuh para raja. Sejumlah pengamat di Timur Tengah mengistilahkan yang terjadi di dunia Arab sekarang ini adalah raja versus presiden atau kerajaan versus republik. Penguasa Bahrain memang sempat digoyang demonstrasi beberapa kali. Namun, aksi itu tampaknya tak akan menggoyahkan kedudukan Raja Hamad bin Isa al-Khalifah.
Ia masih akan bisa menonton balap mobil Formula 1 di Sirkuit Internasional Bahrain dengan tenang. Sedangkan raja Teluk lainnya-Raja Abdullah bin Abdul Aziz (Arab Saudi), Sheikh Khalifa bin Zayid (Uni Emirat), Sultan Qaboos bin Said al-Said (Oman), Amir Sheikh Hamad bin Khalifa (Qatar), Amir Sabah alAhmad al-Jabir al-Sabah (Kuwait)--bisa dikata nasibnya lebih baik.
Hal serupa juga dialami dua raja Arab lainnya, Raja Yordania Abdullah II dan Raja Maroko Mohammad VI. Kedua raja ini tampaknya cepat tanggap dengan tuntutan rakyatnya. Sejak mulai muncul aksi demo di beberapa negara Arab, mereka segera mengamendemen konstitusi negaranya yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Pertanyaannya kini, mengapa revolusi Arab hanya melibas presiden dan bukan raja? Jawabannya ada pada kesejahteraan yang berkeadilan. Negara-negara Teluk memang kaya minyak dan gas sehingga bisa menjamin kesejahteraan rakyat.
Libya juga merupakan negara kaya, tapi rakyatnya miskin. Sementara, Maroko dan Yordania merupakan negara minim sumber alam, tapi rakyatnya relatif lebih baik. Apalagi, tuduhan kepada para presiden terguling dan rezimnya hampir sama: salah kelola negara dan korupsi. Kedua hal inilah yang telah menyebabkan rakyat jadi miskin dan menderita.
Revolusi di Timur Tengah, dengan begitu, telah memberi banyak pelajaran kepada kita tentang hakikat kekuasaan. Yakni, kekuasaan harus untuk rakyat. Rakyat tidak begitu peduli dengan bentuk negara, apakah republik/demokrasi ataukah kerajaan.
Yang penting bagai rakyat kebanyakan adalah jaminan keadilan, kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keamanan, jaminan hari tua, dan seterusnya. Sistem demokrasi bukannya tidak penting, asal tidak ada rekayasa. Namun, kekuasaan lewat demokrasi harus justru menyejahterakan rakyat. []
*REPUBLIKA (19/3/12)
Raja Versus Presiden
Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri*
Revolusi di Timur Tengah telah melindas para penguasa diktator otoriter. Tepatnya para presiden yang telah berkuasa puluhan tahun dan mempertahankan kekuasaannya itu dengan segala cara, termasuk misalnya dengan menyingkirkan, membunuh, dan memenjarakan rakyatnya sendiri.
Ya, mereka adalah presiden dan bukan raja. Penguasa di negara republik dan bukan di kerajaan.Sistem pemerintahannya demokratis dan bukan turun temurun. Dengan kata lain, mereka berkuasa karena dipilih rakyat melalui pemilu. Namun, hebatnya, mereka mampu berkuasa hingga puluhan tahun. Bahkan, ada yang berencana membentuk dinasti keluarga dengan mewariskan kekuasaan pada keluarganya.
Di Tunisia, ada Zainal Abidin bin Ali, jadi presiden lebih dari 20 tahun dan berencana menurunkan kekuasaannya pada istrinya, Laila Trabelsi. Pada 14 Januari 2011, ia melarikan diri ke Arab Saudi ketika berkecamuk demonstrasi besar di negerinya. Kini, ia hidup di pengasingan dengan membawa tuduhan berat: penyalahgunaan wewenang dan menggarong uang rakyat.
Berikutnya Husni Mubarak. Presiden Mesir lebih dari 30 tahun ini mengundurkan diri, menyusul aksi unjuk rasa besar-besaran di seluruh negeri. Ketika berjaya, ia merencanakan mewariskan kekuasaan pada anaknya, Jamal Mubarak. Dalam kondisi sakit-sakitan kini ia sedang menghadapi sidang pengadilan dengan tuduhan: menyalahgunakan kekuasaan, membunuh, dan korupsi.
Penguasa lain yang digilas revolusi adalah Muammar Qadafi. Ia berkuasa lebih dari 40 tahun di negara yang bukan kerajaan bernama Jamahiriyah Arab Libya. Namun, ia lebih suka dijuluki sebagai Raja Diraja alias Malikul Muluk alias King of the Kings, dan berencana mewariskan kekuasaan pada anaknya Saif al-Islam Qadafi. Nasibnya sangat mengenaskan. Ia ditembak mati oleh pejuang revolusi.
Nasib lebih baik dialami Ali Abdullah Saleh. Setelah unjuk rasa dan pergolakan untuk menurunkan dirinya dari kursi Presiden Yaman yang didudukinya selama 33 tahun, ia bisa mundur secara damai. Bahkan, ia mendapatkan kekebalan tuntutan hukum. Di Suriah, Presiden Bashar al-Assad yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Hafez al-Assad, kini sedang digoncang aksi unjuk rasa besar-besaran. Nasib dia dan juga Suriah ke depan masih belum jelas.
Yang menarik, revolusi di Timur Tengah hingga kini tidak menyentuh para raja. Sejumlah pengamat di Timur Tengah mengistilahkan yang terjadi di dunia Arab sekarang ini adalah raja versus presiden atau kerajaan versus republik. Penguasa Bahrain memang sempat digoyang demonstrasi beberapa kali. Namun, aksi itu tampaknya tak akan menggoyahkan kedudukan Raja Hamad bin Isa al-Khalifah.
Ia masih akan bisa menonton balap mobil Formula 1 di Sirkuit Internasional Bahrain dengan tenang. Sedangkan raja Teluk lainnya-Raja Abdullah bin Abdul Aziz (Arab Saudi), Sheikh Khalifa bin Zayid (Uni Emirat), Sultan Qaboos bin Said al-Said (Oman), Amir Sheikh Hamad bin Khalifa (Qatar), Amir Sabah alAhmad al-Jabir al-Sabah (Kuwait)--bisa dikata nasibnya lebih baik.
Hal serupa juga dialami dua raja Arab lainnya, Raja Yordania Abdullah II dan Raja Maroko Mohammad VI. Kedua raja ini tampaknya cepat tanggap dengan tuntutan rakyatnya. Sejak mulai muncul aksi demo di beberapa negara Arab, mereka segera mengamendemen konstitusi negaranya yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Pertanyaannya kini, mengapa revolusi Arab hanya melibas presiden dan bukan raja? Jawabannya ada pada kesejahteraan yang berkeadilan. Negara-negara Teluk memang kaya minyak dan gas sehingga bisa menjamin kesejahteraan rakyat.
Libya juga merupakan negara kaya, tapi rakyatnya miskin. Sementara, Maroko dan Yordania merupakan negara minim sumber alam, tapi rakyatnya relatif lebih baik. Apalagi, tuduhan kepada para presiden terguling dan rezimnya hampir sama: salah kelola negara dan korupsi. Kedua hal inilah yang telah menyebabkan rakyat jadi miskin dan menderita.
Revolusi di Timur Tengah, dengan begitu, telah memberi banyak pelajaran kepada kita tentang hakikat kekuasaan. Yakni, kekuasaan harus untuk rakyat. Rakyat tidak begitu peduli dengan bentuk negara, apakah republik/demokrasi ataukah kerajaan.
Yang penting bagai rakyat kebanyakan adalah jaminan keadilan, kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keamanan, jaminan hari tua, dan seterusnya. Sistem demokrasi bukannya tidak penting, asal tidak ada rekayasa. Namun, kekuasaan lewat demokrasi harus justru menyejahterakan rakyat. []
*REPUBLIKA (19/3/12)
3/19/2012
Diposkan oleh DEPUTI OLAHRAGA DAN KEPANDUAN DPD PKS Samarinda
Assalaamu’alaikum wr wb
Ikhwah Fillah,
Semoga hari ini Antum bekerja dan berkarya dengan semangat dan tentunya senantiasa mengharapkan ridho Allah SWT.
Bagaimana persiapan mukhayyam Antum & binaan? Semoga Waktu, Fisik, Mental dan persyaratan lainnya sudah Antum siapkan semuanya, sehingga pada waktunya semua bisa berangkat.
Semoga para istri juga dapat secara aktif mendorong para suaminya untuk ikut dalam ‘rihlah tahunan’ ini untuk menjadi para ‘pengembara’.
Mengarungi Samudera Kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan
setiap tetes peluh dan darah
tak akan sirna ditelan masa
segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi perjuangan
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk ikut serta secara aktif dalam agenda mukhayam yang menjadi salah satu perangkat tarbiyah.
Bagi Antum yang sedang sakit, semoga Allah SWT memberikan kesembuhan, dan bisa mengikuti agenda mukhayam ini sesuai dengan jadwalnya masing-masing.
Jika di antara Antum ada yang mau sharing mengenai manfaat/pengalaman mukhayam, dipersilakan….
Mari kita siapkan ruhiyah kita dengan memperbanyak tilawah dan mental kita dengan mendengarkan nasyid-nasyid perjuangan…
Wassalamu’alaikum wr wb
Mengapa Kita Harus Mukhoyam ?
Diposkan oleh DEPUTI OLAHRAGA DAN KEPANDUAN
1.MUKHOYYAM MERUPAKAN SARANA TARBIYAH
Manusia terdiri dari 3 unsur dasar yaitu: akal, ruh dan fisik. Pembinaan manusia seutuhnya menemukan kesempurnaannya apabila melingkupi ketiga unsur tersebut. Tarbiyah Islamiyah harus mencakup tarbiyah fikriyah, tarbiyah ruhiyah dan tarbiyah jasadiyah. Ketiganya harus saling mengisi dan melengkapi. Berbeda dengan sarana tarbiyah yang lain yang mencakup satu atau dua aspek, mukhoyyam mencakup ketiga aspek tersebut di atas, meskipun aspek jasadiyah lebih dominan terutama pada jenjang-jenjang awal.
Hal ini berarti Mukhoyyam sama kedudukannya dengan sarana tarbiyah yang lain dan wajib dilaksanakan dalam proses tarbiyah, hanya berbeda fungsi, muatan dan teknis pelaksanaannya. Usrah, halaqah, tatsqif merupakan kewajiban pekanan. Daurah, ta'lim, mabit dan rihlah merupakan kewajiban bulanan atau beberapa bulanan. Sedangkan mukhoyyam merupakan kewajiban tahunan.
"Mukhoyyam tidak bisa digantikan oleh perangkat tarbiyah lainnya. Sepanjang sejarah jamaah, mukhoyyam merupakan perangkat yang sangat menonjol dan selalu dibutuhkan oleh perangkat tarbiyah lainnya". Bahkan mukhoyyam disebut oleh para masyayikh sebagai mukammilut tarbiyah karena menyempurnakan perangkat-perangkat tarbiyah lainya.
Sebagai sarana tarbiyah mukhoyyam berfungsi sebagai: Sarana tajammu', tarbiyah dan tadribah kader dengan mukhoyyam para kader dapat berkumpul untuk berinteraksi, saling mengenal, saling memahami, bekerja sama dan saling menolong. Para peserta juga mendapatkan shibghah islami, melatih disiplin, melatih berbagai ketrampilan maupun keahlian yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kondisi-kondisi tertentu.
2.MUKHOYYAM ENAK DIIKUTI DAN PERLU
Mukhoyyam bukan hanya kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan yang enak dan perlu diikuti para kader-kader karena nilai-nilai positif yang didapat di dalamnya, di antaranya adalah:
a.Rekreatif
Latar belakang mukhoyyam adalah kelompok rihlah sehingga syarat muatan rihlah, hiburan dan penyegaran
b.Edukatif
Mukhoyyam mengandung aspek-aspek pendidikan berupa aspek afektif (pengetahuan), aspek kognitif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Instruktur mukhoyyam sudah lulus diklat TFT Pandu Keadilan, mengusai teori dan mempunyai fisik yang teruji. Mukhoyyam bukan perploncoan. Mukhoyyam juga tidak dengan 'iqab (hukuman).
c.Mengeratkan ukhuwwah
Mukhoyyam bukan sekedar berkumpul, tetapi menjalin simpul-simpul ukhuwwah sesama peserta di dalam maupun di luar regu / kelompok pembinaannya.
d.Menyehatkan
Mukhoyyam menyehatkan akal, fisik dan ruh. Mukhoyyam merupakan shibghah dan stimulan agar para peserta menindaklanjuti dengan pembiasaan muatan-muatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mukhoyyam juga enak dan aman diikuti karena merupakan prosedur standar pengamanan disetiap mata acara. Untuk menjamin kesehatan peserta, panitia juga harus selalu menyertakan tim medis (dokter dan asisten) sepanjang acara, termasuk ketika longmarch. Mukhoyyam merupakan hasil kajian yang panjang dengan masukan dari berbagai pihak dan mengalami beberapa kali penyempurnaan.
Pada akhirnya Mukhoyyam akan menghasilkan kader yang cerdas, bertaqwa, sehat, bugar, kuat, trampil, peka sosial, mampu membela diri sendiri, membela orang lain dan mempunyai daya juang yang tinggi untuk menegakkan kebenaran kapanpun dan di manapun berada.
Oleh karena itu Mukhoyyam merupakan kegiatan yang sangat penting karena pada akhirnya semua ibadah dan kewajiban manusia tidak akan dapat tertunaikan secara sempurna kecuali dengan keimanan, pengetahuan, ketaqwaan dan kekuatan fisik yang prima.
KAPAN LAGI KITA MERASAKAN MUKHOYYAM KALAU TIDAK SEKARANG, JANGAN SAMPAI KITA BELUM PERNAH MERASAKAN MUKHOYYAM SELAMA HIDUP KITA..... AYO....
Mengapa Kita Harus Mukhoyam ?
Diposkan oleh DEPUTI OLAHRAGA DAN KEPANDUAN DPD PKS Samarinda
Assalaamu’alaikum wr wb
Ikhwah Fillah,
Semoga hari ini Antum bekerja dan berkarya dengan semangat dan tentunya senantiasa mengharapkan ridho Allah SWT.
Bagaimana persiapan mukhayyam Antum & binaan? Semoga Waktu, Fisik, Mental dan persyaratan lainnya sudah Antum siapkan semuanya, sehingga pada waktunya semua bisa berangkat.
Semoga para istri juga dapat secara aktif mendorong para suaminya untuk ikut dalam ‘rihlah tahunan’ ini untuk menjadi para ‘pengembara’.
Mengarungi Samudera Kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan
setiap tetes peluh dan darah
tak akan sirna ditelan masa
segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi perjuangan
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk ikut serta secara aktif dalam agenda mukhayam yang menjadi salah satu perangkat tarbiyah.
Bagi Antum yang sedang sakit, semoga Allah SWT memberikan kesembuhan, dan bisa mengikuti agenda mukhayam ini sesuai dengan jadwalnya masing-masing.
Jika di antara Antum ada yang mau sharing mengenai manfaat/pengalaman mukhayam, dipersilakan….
Mari kita siapkan ruhiyah kita dengan memperbanyak tilawah dan mental kita dengan mendengarkan nasyid-nasyid perjuangan…
Wassalamu’alaikum wr wb
Mengapa Kita Harus Mukhoyam ?
Diposkan oleh DEPUTI OLAHRAGA DAN KEPANDUAN
1.MUKHOYYAM MERUPAKAN SARANA TARBIYAH
Manusia terdiri dari 3 unsur dasar yaitu: akal, ruh dan fisik. Pembinaan manusia seutuhnya menemukan kesempurnaannya apabila melingkupi ketiga unsur tersebut. Tarbiyah Islamiyah harus mencakup tarbiyah fikriyah, tarbiyah ruhiyah dan tarbiyah jasadiyah. Ketiganya harus saling mengisi dan melengkapi. Berbeda dengan sarana tarbiyah yang lain yang mencakup satu atau dua aspek, mukhoyyam mencakup ketiga aspek tersebut di atas, meskipun aspek jasadiyah lebih dominan terutama pada jenjang-jenjang awal.
Hal ini berarti Mukhoyyam sama kedudukannya dengan sarana tarbiyah yang lain dan wajib dilaksanakan dalam proses tarbiyah, hanya berbeda fungsi, muatan dan teknis pelaksanaannya. Usrah, halaqah, tatsqif merupakan kewajiban pekanan. Daurah, ta'lim, mabit dan rihlah merupakan kewajiban bulanan atau beberapa bulanan. Sedangkan mukhoyyam merupakan kewajiban tahunan.
"Mukhoyyam tidak bisa digantikan oleh perangkat tarbiyah lainnya. Sepanjang sejarah jamaah, mukhoyyam merupakan perangkat yang sangat menonjol dan selalu dibutuhkan oleh perangkat tarbiyah lainnya". Bahkan mukhoyyam disebut oleh para masyayikh sebagai mukammilut tarbiyah karena menyempurnakan perangkat-perangkat tarbiyah lainya.
Sebagai sarana tarbiyah mukhoyyam berfungsi sebagai: Sarana tajammu', tarbiyah dan tadribah kader dengan mukhoyyam para kader dapat berkumpul untuk berinteraksi, saling mengenal, saling memahami, bekerja sama dan saling menolong. Para peserta juga mendapatkan shibghah islami, melatih disiplin, melatih berbagai ketrampilan maupun keahlian yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kondisi-kondisi tertentu.
2.MUKHOYYAM ENAK DIIKUTI DAN PERLU
Mukhoyyam bukan hanya kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan yang enak dan perlu diikuti para kader-kader karena nilai-nilai positif yang didapat di dalamnya, di antaranya adalah:
a.Rekreatif
Latar belakang mukhoyyam adalah kelompok rihlah sehingga syarat muatan rihlah, hiburan dan penyegaran
b.Edukatif
Mukhoyyam mengandung aspek-aspek pendidikan berupa aspek afektif (pengetahuan), aspek kognitif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Instruktur mukhoyyam sudah lulus diklat TFT Pandu Keadilan, mengusai teori dan mempunyai fisik yang teruji. Mukhoyyam bukan perploncoan. Mukhoyyam juga tidak dengan 'iqab (hukuman).
c.Mengeratkan ukhuwwah
Mukhoyyam bukan sekedar berkumpul, tetapi menjalin simpul-simpul ukhuwwah sesama peserta di dalam maupun di luar regu / kelompok pembinaannya.
d.Menyehatkan
Mukhoyyam menyehatkan akal, fisik dan ruh. Mukhoyyam merupakan shibghah dan stimulan agar para peserta menindaklanjuti dengan pembiasaan muatan-muatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mukhoyyam juga enak dan aman diikuti karena merupakan prosedur standar pengamanan disetiap mata acara. Untuk menjamin kesehatan peserta, panitia juga harus selalu menyertakan tim medis (dokter dan asisten) sepanjang acara, termasuk ketika longmarch. Mukhoyyam merupakan hasil kajian yang panjang dengan masukan dari berbagai pihak dan mengalami beberapa kali penyempurnaan.
Pada akhirnya Mukhoyyam akan menghasilkan kader yang cerdas, bertaqwa, sehat, bugar, kuat, trampil, peka sosial, mampu membela diri sendiri, membela orang lain dan mempunyai daya juang yang tinggi untuk menegakkan kebenaran kapanpun dan di manapun berada.
Oleh karena itu Mukhoyyam merupakan kegiatan yang sangat penting karena pada akhirnya semua ibadah dan kewajiban manusia tidak akan dapat tertunaikan secara sempurna kecuali dengan keimanan, pengetahuan, ketaqwaan dan kekuatan fisik yang prima.
KAPAN LAGI KITA MERASAKAN MUKHOYYAM KALAU TIDAK SEKARANG, JANGAN SAMPAI KITA BELUM PERNAH MERASAKAN MUKHOYYAM SELAMA HIDUP KITA..... AYO....
Langganan:
Postingan (Atom)
Berita Terpopuler
-
Alhamdulillah,untuk pertama kalinya DPC PKS Samarinda memiliki Buletin sendiri yang terbit setiap bulan. Buletin tersebut bernama "Sa...
-
Bidang Perempuan DPC PKS Samarinda Ulu menganggap RA Kartini adalah Pahlawan sekaligus Inspirasi bagi Kaum Perempuan Indonesia. "Dari ...
-
REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Sebanyak 180 kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bandarlampung siap menjadi pendonor teta...
-
LATAR belakangnya sebagai da'i membuat Wakil Ketua DPRD Kaltim H Hadi Mulyadi, didaulat memberikan khutbah Jumat dan ceramah Maulid Nab...
DPW PKS KALTIM
Arsip Blog
-
▼
2012
(215)
- ► 12/09 - 12/16 (9)
- ► 12/02 - 12/09 (6)
- ► 11/25 - 12/02 (2)
- ► 11/18 - 11/25 (4)
- ► 05/20 - 05/27 (4)
- ► 05/06 - 05/13 (8)
- ► 04/29 - 05/06 (3)
- ► 04/22 - 04/29 (19)
- ► 04/15 - 04/22 (14)
- ► 04/08 - 04/15 (13)
- ► 04/01 - 04/08 (19)
- ► 03/25 - 04/01 (11)
-
▼
03/18 - 03/25
(16)
- DPD PKS Samarinda Tegas Tolak Kenaikan Harga BBM
- Saudaraku Sudahkah Kita Berdakwah?
- Bahkan Bidadaripun Cemburu Karenanya
- "CAHAYA YANG TERSENYUM". Puisi curahan hati Ustad ...
- [Kenaikan Harga BBM] PKS Tawarkan 3 Solusi Altern...
- Tersenyumlah di Jalan Dakwah Ini!
- CIR Prediksi Putaran 2 Pilkada DKI : HNW vs Jokowi
- 'JIHAD Transportasi Massal' Solusi Radikal Prof. D...
- Cahyadi Takariawan : Dari Sani ke Wahid, Cermin t...
- Wow, Mayoritas Pembaca detik.com Pilih Pasangan HN...
- Buletin Samarinda Ulu Post, Buletin-nya kader PKS ...
- Presiden PKS di minta Turun.
- CAGUB dan CAWAGUB yang diusung PKS adalah Calon T...
- Dana Amal PKS Setahun Capai Rp 300 Miliar
- Raja Versus Presiden
- Mengapa Kita Harus Mukhoyam ?
- ► 03/11 - 03/18 (29)
- ► 03/04 - 03/11 (55)
- ► 02/26 - 03/04 (3)
-
►
2011
(4)
- ► 07/24 - 07/31 (3)
- ► 07/17 - 07/24 (1)